tag:blogger.com,1999:blog-18608846388250377822024-03-13T20:17:29.250-07:00Tumbuhanmudah dan gratishttp://www.blogger.com/profile/09201199135029691039noreply@blogger.comBlogger15125tag:blogger.com,1999:blog-1860884638825037782.post-27634028602322500292012-08-25T00:50:00.001-07:002012-08-25T00:50:55.711-07:00Pemasok fospat di lahan pertanian.<div style="text-align: justify;">
Di Jepang, bunga matahari tak sekadar
tanaman hias dan solusi mengatasi radiasi nuklir. Ia diandalkan sebagai
pemasok fospat di lahan pertanian.</div>
<div style="text-align: justify;">
Itulah pemandangan di kawasan pertanian
Shonai, Yamagata Prefecture, kawasan Barat-Laut Pulau Honshu, Jepang.
Kawasan ini dikenal sebagai sentra produksi kedelai varietas
dadachamame. Di sana bunga matahari Helianthus annus ditanam pada lahan
yang bersisian dengan lahan kedelai yang tumbuh subur. Bunga matahari
ditanam berjarak 75 cm x 30 cm.</div>
<div style="text-align: justify;">
Pasca gempa-tsunami yang mengakibatkan
bocornya PLTN Fukushima, banyak lahan pertanian di Jepang tak lagi dapat
diolah. Terutama di bagian Timur pulau Honshu, meliputi provinsi
Fukushima dan Ibaraki. Tanah pertanian di sana tercemar bahan radioaktif
dari pembangkit listrik tenaga nuklir. Penanaman bunga matahari pun
mulai digiatkan untuk menyerap bahan radioaktif dari tanah.</div>
<div style="text-align: justify;">
Tapi di kawasan Shonai bunga matahari
ditanam dalam skala luas semata-mata untuk penyubur tanah. Isu radiasi
tak menjadi momok bagi petani di sini. Jarak antara Fukushima – Shonai
cukup jauh, sekitar 200 km. Gunung Gassan yang menjulang setinggi 1800 m
dpl serta pebukitan yang berjejer di antara kedua wilayah menjadi sekat
radiasi. Radiasi dalam jumlah kecil tetap saja terdeteksi, berkisar
0,042 microsievert/jam. Angka ini dianggap setara dengan tingkat radiasi
alami yang dipancarkan batuan di kerak bumi.</div>
<div style="text-align: justify;">
Menurut Soma Kazuhiro, petani organis
pendiri Gassan Pilot Farm, bunga matahari ditanam pada bentang yang
luas—setara dengan luasan kedelai—sebagai bagian dari pergiliran
tanaman. Namun begitu bunga matahari tua, ia dibabat begitu saja tanpa
dipanen bijinya. Lazimnya bunga matahari dipanen sebagai bahan pangan
atau ekstrak minyak. Biomassa bunga matahari dibiarkan membusuk di lahan
sebagai pemasok fosfat pada musim berikutnya. Itulah teknik bertani
organik untuk memenuhi kebutuhan fosfat kedelai dan tanaman lainnya.</div>
<div style="text-align: justify;">
<strong><br />
Gilir Tanam<br />
</strong><br />
Sejatinya dulu kawasan itu bukan sentra pertanian organik. Semula saat
lulus Fakultas Pertanian Universitas pada 1970 Soma Kazuhiro juga
menggunakan pupuk anorganik dan pestisida sintetik. Ia baru beralih ke
pertanian organik ketika lahir keinginan tak ingin putranya yang saat
itu masih balita mengkonsumsi pangan dari hasil pertanian yang
menyisakan residu beracun. Niat Soma gayung bersambut karena bertemu
juga dengan sekelompok calon konsumen yang menginginkan makanan sehat
dan bebas pestisida sintetik.</div>
<div style="text-align: justify;">
Proyek pertanian organik yang ia namai
Gassan Pilot Farm pun dimulai di lahan sewaan seluas 5 ha yang tandus
dan berbatu. Ternyata sekadar bertani organik boros dan melelahkan.
Contoh kebutuhan kompos per tahun mencapai 500 ton alias 100 ton per ha.
Padahal hasil panen semua jenis tanaman hanya 200 ton atau 40 ton per
ha. Perbandingan antara masukan dan hasil panen sangat tak seimbang.</div>
<div style="text-align: justify;">
“Ternyata bertani organik bukan hanya
memakai pupuk organik. Saya sadar hal terpenting dalam bertani tanpa
bahan sintetis adalah pergiliran tanaman,” tutur Soma. Ia lalu belajar
teknik pergiliran tanaman tradisional Jepang dengan menggali pengetahuan
petani-petani tua di sekitar Shonai. Fakta itu mirip dengan di
tanahair. Sebetulnya bertani organik di Jepang pun sebuah ilmu tua yang
dipraktekkan turun temurun sebelum era modern. Ia pun mulai meniru
budidaya bergilir padi, keluarga kentang, keluarga kubis, lobak merah
(turnip), wortel, dan kacang terutama kedelai.</div>
<div style="text-align: justify;">
Dengan rotasi itu Soma menghemat kompos
50%, tanpa mengurangi hasil panen. Produksi beras (bukan lagi gabah,
red) rata-rata 4,5 ton per hektar per musim tanam. Sayang, rotasi pun
ternyata tak berjalan mulus meski hasil panen stabil. Lambat laun Soma
Kazuhiro menemukan gejala tak normal pada sebagian tanaman budidaya,
terutama tumbuhan sesayur buah yang sekerabat dengan kentang.
Pertumbuhan terung dan tomat cenderung melambat, berpostur pendek,
berbatang kurus dan lemah. Tampak pula rona kebiruan pada daun. Sebagian
buah berukuran kecil dan berwarna tak cerah. Tanda-tanda itu ia kenali
sebagai gejala kekurangan unsur hara fosfat (P).</div>
<div style="text-align: justify;">
Usut punya usut lahan di Gassan Pilot
Farm banyak mengandung unsur alumunium (Al). Alumunium terlarut dalam
bentuk Al3+ punya kemampuan mengikat fosfat yang ditaburkan ke tanah.
Fosfat pun terikat dalam bentuk senyawa alumunium phospat (AlPO4) yang
mengendap dan tak larut. Fospat dalam bentuk tersebut tak dapat diserap
akar tanaman. Akibatnya tanaman kurang mendapat pasokan fosfat.</div>
<div style="text-align: justify;">
Menambah konsentrasi batuan fosfat atau
fosfat anorganik ke dalam tanah juga bukan jawaban. Bila kebanyakan
fosfat cenderung mengendap dan membentuk lapisan yang keras. Ia lantas
mencari cara lain sebagai solusi. Dari sebuah buku “Explicit Green
Manure Plant” ia menemukan ilham memanfaatkan bunga matahari sebagai
pupuk alami sumber fosfat.</div>
<div style="text-align: justify;">
Soma Hajime, putra Soma Kazuhiro yang
kini memimpin Gassan Pilot Farm mengemukakan hasil penelitian sebuah
universitas di Jepang. Ada banyak mikroorganisme yang mampu melepas
ikatan Al pada P yang disebut mikroorganisme pelarut fosfat.
Mikroorganisme organisme itu terbagi dalam dua kelompok besar yakni,
bakteri dan fungi. Ternyata perakaran anggota keluarga kenikir-kenikiran
itu selalu didomplengi jamur atau fungi Mycorrhiza Vesicular-Arbuscular
(MVA). Mycorrhiza yang berasosiasi dengan bunga matahari termasuk tipe
yang mampu melepaskan fosfat yang terikat alumunium. Ia mengeluarkan
beragam asam organik dan enzim sehingga P terlepas lalu dapat diserap
tanaman inang.</div>
<div style="text-align: justify;">
Sejak itu Gassan Pilot Farm menggilir
lahan pascatanaman utama dengan bunga matahari. Biomassanya—biasanya
berumur 4 bulan bulan pascatanam—dibiarkan membusuk dan terurai
menyediakan fosfat siap serap bagi tanaman. Sejatinya teknik itu mirip
dengan mengistirahatkan (bera) tanah dalam teknik pertanian tradisional
di beberapa wilayah di Indonesia. Bedanya dalam masa istirahat lahan
ditanami tanaman yang dapat memulihkan lahan yang “lelah” berproduksi.</div>
<div style="text-align: justify;">
“Meski ia bagian dalam pergiliran
tanaman, periode penanamannya bisa 10 tahun sekali. Tapi di negeri
tropis, bisa saja ditanam dengan frekuensi yang lebih sering dan periode
tanam yang lebih singkat,” tutur Hajime Soma.</div>
<div style="text-align: justify;">
<strong><br />
Layak Tiru</strong></div>
<div style="text-align: justify;">
Bungamatahari sebagai pemasok fungi
pelarut fosfat mengundang decak kagum Yukiko Oyanagi. Staff ahli
pertanian di Asian Rural Institute itu mengaku baru mengetahui hal itu.
“Saya sudah berkeliling ke pertanian organik di banyak negara di seluruh
Asia dan Pasific, tapi baru menemukan di sini. Ini sebuah terobosan
yang ramah lingkungan,” katanya. Ia juga mengakui kondisi tanah jepang
banyak mengandung unsur logam seperti alumunium dan besi. Penyebabnya
bahan induk tanah kebanyakan berasal dari muntahan material gunung
berapi yang banyak terdapat di Jepang.</div>
<div style="text-align: justify;">
Kondisi alam Jepang bisa dikatakan
serupa dengan di tanahair. Negeri Matahari Terbit itu berada di jalur
pegunungan berapi (ring of fire) dan tanahnya cenderung masam. Pada
tanah masam, fosfat yang dapat diserap tanaman akan sangat kecil meski
diberikan masukan berlimpah dari luar. Fosfor akan terikat oleh
alumunium (AlPO4), besi (FePO4), dan kadang terikat oleh mangan (MnPO4).</div>
<div style="text-align: justify;">
Di tanah air jenis tanah masam seperti
Ultisol, Alfisol, dan Entisol pun banyak mengandung Alumunium terlarut.
Bukan tidak mungkin teknik ala pertanian Shonai, Jepang, dapat diadopsi
di Indonesia. Ia tentu tak hanya menyuburkan tanah secara alami. Lahan
pertanian pun bakal terlihat cantik.</div>
<div style="text-align: justify;">
Memang yang cantik selalu cocok buat petani. Ahahaha!</div>
#Juga dimuat Trubus edisi November 2011mudah dan gratishttp://www.blogger.com/profile/09201199135029691039noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-1860884638825037782.post-46193026103441525862012-08-25T00:06:00.003-07:002012-08-25T00:07:23.929-07:00Bunga matahari<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a href="http://dusunlaman.net/wp-content/uploads/2011/08/kipahit-semak-300x245.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" src="http://dusunlaman.net/wp-content/uploads/2011/08/kipahit-semak-300x245.jpg" /></a></div>
Akarnya ibarat reaktor pupuk dan hormon sekaligus<br />
<div style="text-align: justify;">
Itulah akar tanaman titonia Tithonia
diversifolia yang dulu dianggap gulma. Di perakaran titonia ternyata
hidup jutaan cendawan dan bakteri pelarut kalium dan fospat. Sebut saja
bakteri kelompok Azotobacter sp dan Azospirillum sp. Mahluk supermini
itu melarutkan kalium dan fospat yang umumnya mengendap dalam tanah
serta menambat nitrogen dari udara.</div>
<div style="text-align: justify;">
Anggota keluarga Asteraceae itu pun
muncul menjadi tanaman ajaib. Ia mampu menolong pekebun yang kesulitan
pupuk buatan pabrik karena langka dan mahal. Belakangan terungkap
bakteri di zona perakaran titonia juga menghasilkan fitohormon seperti
auksin, giberelin, dan sitokinin. Akar tithonia juga terinfeksi cendawan
mikoriza yang mampu memperluas zona perakaran. Mikoriza ibarat
penambang hara sehingga tanaman efektif menyerap hara.</div>
<div style="text-align: justify;">
Serangkaian riset di Universitas
Andalas, Padang, selama 11 tahun membuktikan titonia tak sekadar pupuk
hijau biasa. Anggota keluarga kenikir-kenikiran itu mengalahkan pupuk
hijau dari keluarga legum yang kaya rhizobium bakteri penambat N. Selama
ini keluarga legum disebut pupuk hijau terbaik. Kini tithonia—dengan
mikoriza, azospirillum, dan azotobacter—lebih unggul karena menyediakan
nitrogen, kalium, fosfat plus fitohormon sekaligus.</div>
<div style="text-align: justify;">
<strong>Lebih unggul </strong></div>
<div style="text-align: justify;">
Penelitian di Rambatan, Kabupaten Tanah
Datar, Sumatera Barat, juga menunjukkan tithonia lebih baik ketimbang
pupuk kandang kotoran sapi dan kotoran ayam. Bahkan kipahit itu lebih
unggul dari 100% pupuk pabrik. Tengok saja kombinasi 4 ton kompos
tithonia, 2 ton kapur, dan 50% pupuk pabrik—yang biasa dipakai petani
jagung—menghasilkan panen 9,8 ton biji/ha. Sementara tanpa titonia
dengan 100% pupuk pabrik hanya 9,6 ton biji per ha. Artinya titonia
mampu menghemat 50% pupuk pabrik tanpa mengurangi hasil.</div>
<div style="text-align: justify;">
Hasil jagung dengan titonia itu jauh
lebih tinggi dari panen pekebun di daerah setempat yang hanya 4,6 ton
biji/ha. Maklum, pekebun di sana umumnya belum mengenal kapur dan kompos
titonia dalam menanam jagung. Ketika titonia pada kombinasi itu diganti
5 ton kotoran sapi dan 5 ton kotoran ayam, maka hasil panen
masing-masing hanya 7,9 ton dan 9,2 ton. Riset lain pada melon, padi,
dan sawit pun menunjukkan hasil serupa: tithonia lebih unggul dari
kotoran sapi, kotoran ayam, dan 100% pupuk pabrik. Ia juga dapat
menghemat 50% pupuk pabrik.</div>
<div style="text-align: justify;">
Laporan beragam riset itu jelas kabar
gembira buat pekebun. Selama ini penyediaan kotoran sapi dan kotoran
ayam sebagai pupuk organik jadi kendala karena pasokan terbatas. Hanya
kebun yang berdekatan dengan peternakan saja yang mudah memperolehnya.
Mengangkut 5 ton—setara 1 truk—pupuk kandang dari peternakan ke kebun
menjadi lebih mahal dibanding pupuk pabrik yang lebih sedikit, 100—200
kg. Berbeda dengan titonia yang dapat ditanam sebagai pagar kebun seluas
1/5 luas kebun dan dapat dipanen setiap 2 bulan.</div>
<div style="text-align: justify;">
<strong>Mudah tumbuh</strong></div>
<div style="text-align: justify;">
Bunga matahari meksiko (mexico
sunflower)—sebutannya di mancanegara—itu mudah tumbuh dengan setek atau
biji. Pertumbuhannya cepat dengan biomassa yang besar: akar banyak,
batang lembut, dan daun banyak. Ia dapat ditanam sebagai pagar di
sekeliling kebun atau pagar lorong di antara guludan. Dengan luasan
titonia 1/5 dari luas kebun dapat memasok pupuk untuk 4/5 kebun yang
diusahakan. Sebagai contoh pada lahan seluas 1 ha ditanam pagar titonia
seluas 2.000 m2.</div>
<div style="text-align: justify;">
Dari lahan seluas itu dapat dipanen
30—35 ton tithonia segar dalam setahun atau setara 6—7 ton bahan kering.
Karena pertumbuhan tunas cepat, ia dapat dipanen bertahap setiap 2
bulan untuk dibuat kompos. Bahan organik itu setara 185 kg nitrogen, 20
kg posfat, dan 186 kg kalium. Jumlah nitrogen itu jelas lebih tinggi
dari dosis rekomendasi pupuk urea pada jagung sebesar 300 kg urea/ha
atau setara 138 kg nitrogen.</div>
<div style="text-align: justify;">
Sayang, tanaman ajaib itu belum banyak
dipakai sebagai pupuk organik di tanahair. Padahal di Sumatera Barat
tithonia banyak tumbuh di tepi jalan dan lahan telantar sebagai gulma
pengganggu. Contohnya di sepanjang jalan dari Padang menuju Solok,
Bukittinggi, serta Sitiung. Di tepi jalan banyak tithonia tumbuh subur.
Orang Minang menyebutnya sebagai bunga pahit. Sementara di Jawa Timur
dikenal sebagai pahitan dan di Jawa Barat, kipahit. Laporan penelitian
di mancanegara menyebut hanya Kenya, negara yang paling banyak
menggunakan tithonia sebagai pupuk hijauan.</div>
<div style="text-align: justify;">
Baru setahun belakangan Syamsul Asinar
Radjam, pekebun sayur mayur di Sukabumi, Jawa Barat, melaporkan di blog
pribadi, kompos kipahit lebih unggul ketimbang kompos sayur mayur,
rerumputan, cebreng, dan jerami. Menurutnya lahan yang disebarkan
kipahit lebih gembur. Cacing yang dikenal memperbaiki kesuburan tanah
pun lebih banyak ditemukan dibanding yang disebar pupuk organik lain.
Kelak, anggota keluarga kenikir-kenikiran itu bakal menemani hijauan
dari keluarga legume sebagai pupuk hijau sahabat pekebun. (Prof
Nurhayati Hakim, Guru Besar di Pertanian Fakultas Pertanian Universitas
Andalas dan Destika Cahyana SP, praktikus pertanian di Jakarta)</div>
<div style="text-align: justify;">
#Tulisan ini disalin dari satu Artikel di Trubus</div>
mudah dan gratishttp://www.blogger.com/profile/09201199135029691039noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-1860884638825037782.post-65966460540186267092012-08-24T23:58:00.001-07:002012-08-25T00:02:12.677-07:00Mikroorganisme yang bermanfaat untuk pertanian <!--[if gte mso 9]><xml>
<w:WordDocument>
<w:View>Normal</w:View>
<w:Zoom>0</w:Zoom>
<w:PunctuationKerning/>
<w:ValidateAgainstSchemas/>
<w:SaveIfXMLInvalid>false</w:SaveIfXMLInvalid>
<w:IgnoreMixedContent>false</w:IgnoreMixedContent>
<w:AlwaysShowPlaceholderText>false</w:AlwaysShowPlaceholderText>
<w:Compatibility>
<w:BreakWrappedTables/>
<w:SnapToGridInCell/>
<w:WrapTextWithPunct/>
<w:UseAsianBreakRules/>
<w:DontGrowAutofit/>
</w:Compatibility>
<w:BrowserLevel>MicrosoftInternetExplorer4</w:BrowserLevel>
</w:WordDocument>
</xml><![endif]--><!--[if gte mso 9]><xml>
<w:LatentStyles DefLockedState="false" LatentStyleCount="156">
</w:LatentStyles>
</xml><![endif]--><!--[if !mso]><img src="//img2.blogblog.com/img/video_object.png" style="background-color: #b2b2b2; " class="BLOGGER-object-element tr_noresize tr_placeholder" id="ieooui" data-original-id="ieooui" />
<style>
st1\:*{behavior:url(#ieooui) }
</style>
<![endif]--><!--[if gte mso 10]>
<style>
/* Style Definitions */
table.MsoNormalTable
{mso-style-name:"Table Normal";
mso-tstyle-rowband-size:0;
mso-tstyle-colband-size:0;
mso-style-noshow:yes;
mso-style-parent:"";
mso-padding-alt:0in 5.4pt 0in 5.4pt;
mso-para-margin:0in;
mso-para-margin-bottom:.0001pt;
mso-pagination:widow-orphan;
font-size:10.0pt;
font-family:"Times New Roman";
mso-ansi-language:#0400;
mso-fareast-language:#0400;
mso-bidi-language:#0400;}
</style>
<![endif]-->
<br />
<div class="MsoNormal">
Pupuk Hayati adalah nama kolektif untuk semua kelompok mikroba
tanah-bakteri, cendawan, mikoriza-sebagai penyedia hara dalam tanah.
Intinya pupuk hayati adalah biang hara berbahan organisme hidup yang
berfungsi bagi tanaman. Dapat diartikan juga sebagai pupuk yang berisi
beragam mikroba yang bermanfaat untuk tanaman, cara kerja pupuk ini
adalah dengan menyemprotkan pupuk yang berisi mikroba tadi ke perakaran
tanaman (biasanya dekat pangkal batang), mikroba tadi akan membantu
menyediakan unsur yang diperlukan tanaman dengan melarutkan unsur dalam
tanah sehingga dapat diserap tanaman, ada pula yang berfungsi membantu
dekomposisi bahan organik, bahkan ada yang berfungsi sebagai bio
pestisida, karena itulah penggunaan pupuk hayati ini dapat mengurangi
penggunaan pupuk anorganik.</div>
<div class="MsoNormal">
</div>
<div class="MsoNormal">
<br /><i>Acetobacter sp</i>, penghasil vitamin dan fitohormon
(ZPT) yang dibutuhkan tanaman.<br />
<i>Actinomycetes sp</i>,<br />
<i>Aeromonas puncata</i>,<br />
<i>Alcaligenes sp</i>,<br />
<i>Aspergillus niger</i>, pelarut phospat<br />
<i>Azospirillum lipoverum</i>, penambat N, pelarut P, penghasil vitamin dan
fitohormon (ZPT) yang dibutuhkan tanaman<br />
<i>Azotobacter beijerinckii</i>, penambat N, pelarut P, penghasil vitamin dan
fitohormon (ZPT) yang dibutuhkan tanaman<br />
<i>Bacillus cereus</i>, pelarut phospat<br />
<i>Bacillus megatherium</i>, pelarut phosphat dari ikatan phospor dengan
mineral liat<br />
<i>Bacillus mojavensis</i>, bersama Streptomyces meningkatkan kemampuan tanah
memegang air dan hara<br />
<i>Bacillus penetrans</i>, biasa nempel di kutikula larva, betina, dewasa,
telur Meloidogyne incognita (penyebab puru akar pada tanaman tomat, kubis,
buncis, dan kentang).<br />
<i>Bacillus polymyxa</i>, pelarut phospat.<br />
<i>Bacillus subtilis</i>, pelarut phospat<br />
<i>Bacillus thuringiensis</i>, menginfeksi hama melalui kulit tubuhnya<br />
<i>Beauveria bassiana</i>, mengatasi hama walang sangit, wereng coklat, kutu<br />
<i>Bradyrizobium sp</i>,<br />
<i>Flavobacterium sp</i>, pelarut phospat<br />
<i>Gliocadium sp</i>, mengatasi penyakit tular tanah (Phytium sp)<br />
<i>Glomus agregatum</i>, menaikkan produksi bawang merah<br />
<i>Lactobacillus sp</i>, penghasil enzim selulosa yang membantu penguraian
bahan organik.<br />
<i>Metharizium anisopliae</i>, jamur menginfeksi hama melalui kulit tubuhnya<br />
<i>Methylobacterium sp</i>, penghasil vitamin dan fitohormon (ZPT) yang
dibutuhkan tanaman.<br />
<i>Nitrosococcus sp</i>, mengubah amonia menjadi N yg dpt diserap tanaman (NH4+
& NO3‾)<br />
<i>Nitrosomonas sp</i>, mengubah amonia menjadi N yg dpt diserap tanaman (NH4+
& NO3‾)<br />
<i>Penicillium sp</i>, pelarut phospat dari ikatan phospor dengan mineral liat<br />
<i>Pseudomonas fluorescens</i>, mengatasi penyakit tular tanah (Phytium sp).<br />
<i>Pseudomonas striata</i>, pelarut phospat, penghasil vitamin dan fitohormon
(ZPT) yang dibutuhkan tanaman<br />
<i>Rizobium sp</i>, menambat N setelah menginfeksi akar tanaman (simbiotik),
menaikkan produksi kedelai<br />
<i>Saccaromyces sp</i>, perombak selulosa<br />
<i>Serratia sp</i>, penghasil vitamin dan fitohormon (ZPT) yang dibutuhkan
tanaman<br />
<i>Streptomyces sp</i>, bersama Bacillus mojavensis meningkatkan kemampuan
tanah memegang air dan hara<br />
<i>Thiobacillus sp,</i><br />
<i>Tricoderma harzianum</i>, mencegah cendawan patogen seperti Plasmodiophora
brassicae (akar gada) dan Fusarium sp menyebar di sekitar tanaman <br />
<i>Vertisillium sp</i>, pelindung tanaman dari hama kutu putih</div>
<div class="MsoNormal">
<br /></div>
<span style="font-weight: bold;">Bagaimana cara kerja Bakteri Penambat Nitrogen ?</span><br />
<span style="font-style: italic;">- Non Simbiotik,<span style="font-weight: bold;"></span></span> <br />
Bakteri
memakan C dlm tanah sbg energi dan menghasilkan enzim nitrogenase, N dr
udara diikat enzim nitrogenase dan dirubah menjadi amonia (Azospirillum
& Azotobacter). Amonia dirubah menjadi N yg dpt diserap tanaman
yaitu NH4+ & NO3‾ (Nitrosococcus & Nitrosomonas)<br />
<span style="font-style: italic;">- Simbiotik<span style="font-weight: bold;"></span></span><br />
Bakteri
menginfeksi akar tanaman terlebih dahulu, bakteri memakan C dlm tanah
sbg energi dan menghasilkan enzim nitrogenase, N dr udara diikat enzim
nitrogenase dan dirubah menjadi amonia (Rizobium)<br />
<br />
<span style="font-weight: bold;">Bagaimana cara kerja Bakteri Pelarut Phospat ?</span><br />
<span style="font-weight: bold;">- Melepas Asam organik<span style="font-style: italic;"></span></span><br />
Bakteri
pelarut fosfat melepas sejumlah asam organik berbobot molekul rendah
seperti oksalat, suksinat, tartarat, sitrat, dan laktat. Berikutnya
asam-asam organik itu bereaksi dengan pengikat fosfat seperti aluminium,
besi, kalsium, dan magnesium. Asam organik mendesak pengikat itu
sehingga fosfat terlepas dan mudah diserap tanaman,<br />
<span style="font-weight: bold;">- Melepas Enzim<span style="font-style: italic;"></span></span> <br />
Bakteri
pelarut fosfat melepas enzim fosfatase dan fitase. Fosfatase melepas P
yang terikat unsur anorganik (Ca dan Al) dan fitase melepas P yang
terikat pada bahan organik. Bakteri pelarut P umumnya juga mampu
melarutkan kalium (K) dalam tanah yang terdapat pada mineral tanah. mudah dan gratishttp://www.blogger.com/profile/09201199135029691039noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-1860884638825037782.post-70295495184169870682012-08-10T06:55:00.003-07:002012-08-10T06:59:35.350-07:00Pembuatan PGPR dan PESNAB<h3 class="post-title entry-title" style="text-align: center;">
<b><i><span style="font-family: 'Times New Roman','serif'; font-size: 14pt; line-height: 115%;">PEMBUATAN PGPR</span></i></b></h3>
<div align="center" class="MsoNormal" style="margin-bottom: 0pt; text-align: center;">
<b><span style="font-family: 'Times New Roman','serif'; font-size: 14pt; line-height: 115%;">( Plant Growth Promoting Rhizobacter )</span></b></div>
<div class="MsoNormal" style="margin-bottom: 0pt; text-align: justify; text-indent: 36pt;">
<span style="font-family: 'Times New Roman','serif'; font-size: 12pt; line-height: 115%;">PGPR merupakan pupuk organik yang memanfaatkan kerja dari bakteri perakaran. Dimana PGPR ini dimaksudnya sebagai pupuk untuk merangsang pembentukan akar tanaman terutama pada fase vegetative dan pembenihan. PGPR ini mengambil bakteri perakaran dari simbiosis akar dengan bakteri.</span></div>
<div class="MsoNormal" style="margin-bottom: 0pt; text-align: justify;">
<span style="font-family: 'Times New Roman','serif'; font-size: 12pt; line-height: 115%;">Bahan – bahan yang dapat digunakan dalam pembuatan PGPR :</span></div>
<div class="MsoListParagraphCxSpFirst" style="margin-bottom: 0pt; text-align: justify; text-indent: -18pt;">
<span style="font-family: 'Times New Roman','serif'; font-size: 12pt; line-height: 115%;">1.<span style="font: 7pt 'Times New Roman';"> </span></span><span style="font-family: 'Times New Roman','serif'; font-size: 12pt; line-height: 115%;">Akar bambu, akar ini banyak mengandung bakteri PF ( Pseudomonas Flouren ), dimana bakteri ini bisa meningkatkan kelarutan P dalam tanah.</span></div>
<div class="MsoListParagraphCxSpMiddle" style="margin-bottom: 0pt; text-align: justify; text-indent: -18pt;">
<span style="font-family: 'Times New Roman','serif'; font-size: 12pt; line-height: 115%;">2.<span style="font: 7pt 'Times New Roman';"> </span></span><span style="font-family: 'Times New Roman','serif'; font-size: 12pt; line-height: 115%;">Akar Kacang, di akar kacang ada simbiosis dari bakteri Ryzobium dengan bintil – bintil akar kacang yang berfungsi untuk meningkatkan kelarutan N dalam tanah.</span></div>
<div class="MsoListParagraphCxSpLast" style="margin-bottom: 0pt; text-align: justify; text-indent: -18pt;">
<span style="font-family: 'Times New Roman','serif'; font-size: 12pt; line-height: 115%;">3.<span style="font: 7pt 'Times New Roman';"> </span></span><span style="font-family: 'Times New Roman','serif'; font-size: 12pt; line-height: 115%;">Akar Rumput Gajah / Jagung, akar ini bisa bersimbiosis dengan jamur Mikoriza yang bisa meningkatkan unsure mikro tanah yaitu Mg, Cu, Mn, Fe dll.</span></div>
<div class="MsoNormal" style="margin-bottom: 0pt; text-align: justify;">
<span style="font-family: 'Times New Roman','serif'; font-size: 12pt; line-height: 115%;">Proses pembuatan PGPR</span></div>
<div class="MsoListParagraphCxSpFirst" style="margin-bottom: 0pt; text-align: justify; text-indent: -18pt;">
<span style="font-family: 'Times New Roman','serif'; font-size: 12pt; line-height: 115%;">1.<span style="font: 7pt 'Times New Roman';"> </span></span><span style="font-family: 'Times New Roman','serif'; font-size: 12pt; line-height: 115%;">Proses penginokulasian bakteri</span></div>
<div class="MsoListParagraphCxSpMiddle" style="margin-bottom: 0pt; text-align: justify;">
<span style="font-family: 'Times New Roman','serif'; font-size: 12pt; line-height: 115%;">Bahan A</span></div>
<div class="MsoListParagraphCxSpMiddle" style="margin: 0cm 0cm 0pt 54pt; text-align: justify; text-indent: -18pt;">
<span style="font-family: 'Times New Roman','serif'; font-size: 12pt; line-height: 115%;">-<span style="font: 7pt 'Times New Roman';"> </span></span><span style="font-family: 'Times New Roman','serif'; font-size: 12pt; line-height: 115%;">Akar dibersihkan dan dipotong kecil – kecil, kemudian direndam dengan tetes 250ml + air 2 liter biarkan selama 3 hari.</span></div>
<div class="MsoListParagraphCxSpMiddle" style="margin-bottom: 0pt; text-align: justify; text-indent: -18pt;">
<span style="font-family: 'Times New Roman','serif'; font-size: 12pt; line-height: 115%;">2.<span style="font: 7pt 'Times New Roman';"> </span></span><span style="font-family: 'Times New Roman','serif'; font-size: 12pt; line-height: 115%;">Proses pembuatan Nutrisi untuk bakteri dan fermentasi</span></div>
<div class="MsoListParagraphCxSpMiddle" style="margin-bottom: 0pt; text-align: justify;">
<span style="font-family: 'Times New Roman','serif'; font-size: 12pt; line-height: 115%;">Bahan B</span></div>
<div class="MsoListParagraphCxSpMiddle" style="margin: 0cm 0cm 0pt 54pt; text-align: justify; text-indent: -18pt;">
<span style="font-family: 'Times New Roman','serif'; font-size: 12pt; line-height: 115%;">-<span style="font: 7pt 'Times New Roman';"> </span></span><span style="font-family: 'Times New Roman','serif'; font-size: 12pt; line-height: 115%;">Bahan – bahannya adalah : Tetes 1 liter, dedak 1 Kg, terasi 0,5gr, semua bahan tersebut dimasak, setelah dingin campur dengan 1 liter air leri ( air cucian beras )</span></div>
<div class="MsoListParagraphCxSpMiddle" style="margin-bottom: 0pt; text-align: justify; text-indent: -18pt;">
<span style="font-family: 'Times New Roman','serif'; font-size: 12pt; line-height: 115%;">3.<span style="font: 7pt 'Times New Roman';"> </span></span><span style="font-family: 'Times New Roman','serif'; font-size: 12pt; line-height: 115%;">Proses pencampuran inokulasi dengan makanan</span></div>
<div class="MsoListParagraphCxSpMiddle" style="margin: 0cm 0cm 0pt 54pt; text-align: justify; text-indent: -18pt;">
<span style="font-family: 'Times New Roman','serif'; font-size: 12pt; line-height: 115%;">-<span style="font: 7pt 'Times New Roman';"> </span></span><span style="font-family: 'Times New Roman','serif'; font-size: 12pt; line-height: 115%;">Bahan A dicampur dengan bahan B dalam kondisi dingin.</span></div>
<div class="MsoListParagraphCxSpMiddle" style="margin: 0cm 0cm 0pt 54pt; text-align: justify; text-indent: -18pt;">
<span style="font-family: 'Times New Roman','serif'; font-size: 12pt; line-height: 115%;">-<span style="font: 7pt 'Times New Roman';"> </span></span><span style="font-family: 'Times New Roman','serif'; font-size: 12pt; line-height: 115%;">Kemudian disaring dan dimasukkan dalam jurigen 30 liter.</span></div>
<div class="MsoListParagraphCxSpLast" style="margin: 0cm 0cm 0pt 54pt; text-align: justify; text-indent: -18pt;">
<span style="font-family: 'Times New Roman','serif'; font-size: 12pt; line-height: 115%;">-<span style="font: 7pt 'Times New Roman';"> </span></span><span style="font-family: 'Times New Roman','serif'; font-size: 12pt; line-height: 115%;">Larytan dalam jurigen difermentasi selama 1 minggu, tiap 2 hari sekali dibuka dan di aduk.</span></div>
<div class="MsoNormal" style="margin-bottom: 0pt; text-align: justify; text-indent: 36pt;">
<span style="font-family: 'Times New Roman','serif'; font-size: 12pt; line-height: 115%;">PGPR yang sudah jadi member aroma khas akar segar. Di Desa Banjarsari dilakukan penyemprotan PGPR pada tanaman umur 7 HST, 25 HST yang memberikan dampak akar padi lebih kuat dan berserabut, di banding dengan yang tidak menggunakan PGPR. Dan lebih tahan terhadap serangan jamur dan bakteri di musim hujan ini.</span></div>
<div class="MsoNormal" style="margin-bottom: 0pt; text-align: justify; text-indent: 36pt;">
</div>
<div class="MsoNormal" style="margin-bottom: 0pt; text-align: justify; text-indent: 36pt;">
<span style="font-family: 'Times New Roman','serif'; font-size: 12pt; line-height: 115%;"><div align="center" class="MsoNormal" style="margin-bottom: 0pt; text-align: center;">
<b><i><span style="font-family: 'Times New Roman','serif'; font-size: 14pt; line-height: 115%;">PESTISIDA NABATI</span></i></b></div>
<div class="MsoNormal" style="margin-bottom: 0pt; text-align: justify; text-indent: 36pt;">
<span style="font-family: 'Times New Roman','serif'; font-size: 12pt; line-height: 115%;">Kelompok tani banjarsari pada di adakan penyuluhan pembuatan pestisida nabati, karena di sawah petani banjarsari sudah banyak terserang hama seperti :</span></div>
<div class="MsoListParagraphCxSpFirst" style="margin-bottom: 0pt; text-align: justify; text-indent: -18pt;">
<span style="font-family: 'Times New Roman','serif'; font-size: 12pt; line-height: 115%;">1.<span style="font: 7pt 'Times New Roman';"> </span></span><span style="font-family: 'Times New Roman','serif'; font-size: 12pt; line-height: 115%;">Ulat penggulung daun, ulat bulu</span></div>
<div class="MsoListParagraphCxSpMiddle" style="margin-bottom: 0pt; text-align: justify; text-indent: -18pt;">
<span style="font-family: 'Times New Roman','serif'; font-size: 12pt; line-height: 115%;">2.<span style="font: 7pt 'Times New Roman';"> </span></span><span style="font-family: 'Times New Roman','serif'; font-size: 12pt; line-height: 115%;">Keper / kepik / penggerek</span></div>
<div class="MsoListParagraphCxSpMiddle" style="margin-bottom: 0pt; text-align: justify; text-indent: -18pt;">
<span style="font-family: 'Times New Roman','serif'; font-size: 12pt; line-height: 115%;">3.<span style="font: 7pt 'Times New Roman';"> </span></span><span style="font-family: 'Times New Roman','serif'; font-size: 12pt; line-height: 115%;">Antisipasi wereng</span></div>
<div class="MsoListParagraphCxSpLast" style="margin-bottom: 0pt; text-align: justify; text-indent: -18pt;">
<span style="font-family: 'Times New Roman','serif'; font-size: 12pt; line-height: 115%;">4.<span style="font: 7pt 'Times New Roman';"> </span></span><span style="font-family: 'Times New Roman','serif'; font-size: 12pt; line-height: 115%;">Yuyu </span></div>
<div class="MsoNormal" style="margin-bottom: 0pt; text-align: justify; text-indent: 36pt;">
<span style="font-family: 'Times New Roman','serif'; font-size: 12pt; line-height: 115%;">Untuk itu kelompok tani sepakat membuat pestisida nabati secar masal dan dibagikan ke semua anggota kelompok tani.</span></div>
<div class="MsoNormal" style="margin-bottom: 0pt; text-align: justify;">
<span style="font-family: 'Times New Roman','serif'; font-size: 12pt; line-height: 115%;">Bahan – bahan yang digunakan untuk pembuatan pestisida nabati adalah :</span></div>
<div class="MsoListParagraphCxSpFirst" style="margin-bottom: 0pt; text-align: justify; text-indent: -18pt;">
<span style="font-family: 'Times New Roman','serif'; font-size: 12pt; line-height: 115%;">1.<span style="font: 7pt 'Times New Roman';"> </span></span><span style="font-family: 'Times New Roman','serif'; font-size: 12pt; line-height: 115%;">Daun Mimba 2 Kg</span></div>
<div class="MsoListParagraphCxSpMiddle" style="margin-bottom: 0pt; text-align: justify; text-indent: -18pt;">
<span style="font-family: 'Times New Roman','serif'; font-size: 12pt; line-height: 115%;">2.<span style="font: 7pt 'Times New Roman';"> </span></span><span style="font-family: 'Times New Roman','serif'; font-size: 12pt; line-height: 115%;">Biji Mimba 2 Kg</span></div>
<div class="MsoListParagraphCxSpMiddle" style="margin-bottom: 0pt; text-align: justify; text-indent: -18pt;">
<span style="font-family: 'Times New Roman','serif'; font-size: 12pt; line-height: 115%;">3.<span style="font: 7pt 'Times New Roman';"> </span></span><span style="font-family: 'Times New Roman','serif'; font-size: 12pt; line-height: 115%;">Daun Sirsak 2 Kg</span></div>
<div class="MsoListParagraphCxSpMiddle" style="margin-bottom: 0pt; text-align: justify; text-indent: -18pt;">
<span style="font-family: 'Times New Roman','serif'; font-size: 12pt; line-height: 115%;">4.<span style="font: 7pt 'Times New Roman';"> </span></span><span style="font-family: 'Times New Roman','serif'; font-size: 12pt; line-height: 115%;">Daun Pepaya 2 Kg</span></div>
<div class="MsoListParagraphCxSpLast" style="margin-bottom: 0pt; text-align: justify; text-indent: -18pt;">
<span style="font-family: 'Times New Roman','serif'; font-size: 12pt; line-height: 115%;">5.<span style="font: 7pt 'Times New Roman';"> </span></span><span style="font-family: 'Times New Roman','serif'; font-size: 12pt; line-height: 115%;">Daun Kapuk Duri ( bergetah ) 2 Kg</span></div>
<div class="MsoNormal" style="margin-bottom: 0pt; text-align: justify; text-indent: 36pt;">
<span style="font-family: 'Times New Roman','serif'; font-size: 12pt; line-height: 115%;">Semua bahan dihaluskan, kemudian direbus dengan air sebanyak 30 liter selama 1 jam. Setelah dingin kemudian dicampur dengan EM4 dan difermentasi selama 1 minggu.</span></div>
<div class="MsoNormal" style="margin-bottom: 0pt; text-align: justify;">
<span style="font-family: 'Times New Roman','serif'; font-size: 12pt; line-height: 115%;">Untuk aplikasi disawah yaitu 1 liter pestisida nabati dicampur dengan 10gr sabun colek dan 20 liter air. Disemprotkan pada pagi hari sebelum jam 08.00 WIB dan sore setelah jam 17.00 WIB.</span></div>
<div class="MsoNormal" style="margin-bottom: 0pt; text-align: justify; text-indent: 36pt;">
<span style="font-family: 'Times New Roman','serif'; font-size: 12pt; line-height: 115%;">Pestisida nabati yang di aplikasikan oleh kelompok tani Banjarsari memang tidak langsung membunuh hama seperti obat insectisida, tapi bisa mengurangi populasi hama.</span></div>
<div class="MsoNormal" style="margin-bottom: 0pt; text-align: justify;">
<span style="font-family: 'Times New Roman','serif'; font-size: 12pt; line-height: 115%;">Keunggulan Pestisida Nabati adalah :</span></div>
<div class="MsoListParagraphCxSpFirst" style="margin-bottom: 0pt; text-align: justify; text-indent: -18pt;">
<span style="font-family: 'Times New Roman','serif'; font-size: 12pt; line-height: 115%;">1.<span style="font: 7pt 'Times New Roman';"> </span></span><span style="font-family: 'Times New Roman','serif'; font-size: 12pt; line-height: 115%;">Memberikan rasa pahit pada tanaman sehingga mengurangi daya makan dari hama.</span></div>
<div class="MsoListParagraphCxSpMiddle" style="margin-bottom: 0pt; text-align: justify; text-indent: -18pt;">
<span style="font-family: 'Times New Roman','serif'; font-size: 12pt; line-height: 115%;">2.<span style="font: 7pt 'Times New Roman';"> </span></span><span style="font-family: 'Times New Roman','serif'; font-size: 12pt; line-height: 115%;">Mengganggu proses metamorphosis pada serangga.</span></div>
<div class="MsoListParagraphCxSpMiddle" style="margin-bottom: 0pt; text-align: justify; text-indent: -18pt;">
<span style="font-family: 'Times New Roman','serif'; font-size: 12pt; line-height: 115%;">3.<span style="font: 7pt 'Times New Roman';"> </span></span><span style="font-family: 'Times New Roman','serif'; font-size: 12pt; line-height: 115%;">Ramah lingkungan, bisa di uraikan tanah dan bisa bersifat pupuk.</span></div>
<div class="MsoListParagraphCxSpMiddle" style="margin-bottom: 0pt; text-align: justify; text-indent: -18pt;">
<span style="font-family: 'Times New Roman','serif'; font-size: 12pt; line-height: 115%;">4.<span style="font: 7pt 'Times New Roman';"> </span></span><span style="font-family: 'Times New Roman','serif'; font-size: 12pt; line-height: 115%;">Tidak memberikan efek kekebalan pada hama.</span></div>
<div class="MsoListParagraphCxSpMiddle" style="margin-bottom: 0pt; text-align: justify; text-indent: -18pt;">
<span style="font-family: 'Times New Roman','serif'; font-size: 12pt; line-height: 115%;">5.<span style="font: 7pt 'Times New Roman';"> </span></span><span style="font-family: 'Times New Roman','serif'; font-size: 12pt; line-height: 115%;">Mengganggu reproduksi serangga.</span><br />
<br />
<span style="font-family: 'Times New Roman','serif'; font-size: 12pt; line-height: 115%;"><span style="color: white;"><a href="http://balaipenyuluhanmanyar.blogspot.com/2012/02/pembuatan-pgpr-dan-pesnab.html"><em><span style="font-size: large;">http://balaipenyuluhanmanyar.blogspot.com/2012/02/pembuatan-pgpr-dan-pesnab.html</span></em></a></span></span><br />
<br />
<br /></div>
<div class="MsoListParagraphCxSpMiddle" style="margin-bottom: 0pt; text-align: justify; text-indent: -18pt;">
<br /></div>
</span>
</div>mudah dan gratishttp://www.blogger.com/profile/09201199135029691039noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-1860884638825037782.post-17470444858989127482012-08-10T06:48:00.001-07:002012-08-10T06:48:20.642-07:00MEMBUAT PGPR (PLANT GROW PROMOTING RHIZOBACTERIA) DENGAN MUDAH<h3 class="post-title entry-title">
</h3>
<div class="postdate" style="margin-bottom: -15px; width: 100%;">
<img src="http://4.bp.blogspot.com/_4HKUHirY_2U/TIBWIk5TsUI/AAAAAAAABic/zPYi-iuOLTg/date.png" /> 10:54 PM <img src="http://3.bp.blogspot.com/_4HKUHirY_2U/TIBWhW5_9ZI/AAAAAAAABkE/ozQci0lBi6Y/user.png" /> MASPARY </div>
<div class="post-body entry-content">
<script type="text/javascript">
summary_noimg = 800;
summary_img = 650;
img_thumb_height = 150;
img_thumb_width = 200;
</script><script type="text/javascript">
//<![CDATA[
function removeHtmlTag(strx,chop){
if(strx.indexOf("<")!=-1)
{
var s = strx.split("<");
for(var i=0;i<s.length;i++){
if(s[i].indexOf(">")!=-1){
s[i] = s[i].substring(s[i].indexOf(">")+1,s[i].length);
}
}
strx = s.join("");
}
chop = (chop < strx.length-1) ? chop : strx.length-2;
while(strx.charAt(chop-1)!=' ' && strx.indexOf(' ',chop)!=-1) chop++;
strx = strx.substring(0,chop-1);
return strx+'...';
}
function createSummaryAndThumb(pID){
var div = document.getElementById(pID);
var imgtag = "";
var img = div.getElementsByTagName("img");
var summ = summary_noimg;
if(img.length>=1) {
imgtag = '<span style="float:left; padding:0px 10px 5px 0px;"><img src="'+img[0].src+'" width="'+img_thumb_width+'px" height="'+img_thumb_height+'px"/></span>';
summ = summary_img;
}
var summary = imgtag + '<div>
' + removeHtmlTag(div.innerHTML,summ) + '</div>
';
div.innerHTML = summary;
}
//]]>
</script><a href="http://gerbangtani.blogspot.com/2010/04/membuat-pgpr-plant-grow-promoting.html" onblur="try {parent.deselectBloggerImageGracefully();} catch(e) {}"><img alt="" border="0" id="BLOGGER_PHOTO_ID_5549555710052586386" src="http://1.bp.blogspot.com/_Qx0eUJhk1CQ/TQP7g_bs05I/AAAAAAAAApw/yaCqdT6BGo8/s400/pgpr.jpg" style="cursor: pointer; float: left; height: 191px; margin: 0pt 10px 10px 0pt; width: 264px;" /></a><br /><span style="font-size: 100%;"><span style="font-family: georgia;">PGPR atau </span><span style="font-family: georgia; font-style: italic;">Plant Growth Promoting Rhizobakteri </span><span style="font-family: georgia;">adalah sejenis bakteri yang hidup di sekitar perakaran tanaman. Bakteri tersebut hidupnya secara berkoloni menyelimuti akar tanaman. Bagi tanaman keberadaan <a href="http://gerbangtani.blogspot.com/2010/04/cara-membuat-mol-micro-organisme-lokal.html"><span style="color: #397f01;">mikroorganisme</span></a> ini akan sangat menguntungkan. Bakteri ini memberi keuntungan dalam<a href="http://gerbangtani.blogspot.com/2010/04/proses-pertumbuhan-tanaman.html"><span style="color: #397f01;"> proses fisiologi tanaman dan pertumbuhannya</span></a>. Fungsi PGPR bagi tanaman yaitu <a href="http://gerbangtani.blogspot.com/2010/08/pupuk-organik-solbi-agro-solusi.html"><span style="color: #397f01;">mampu memacu pertumbuhan dan fisiologi</span></a> akar serta mampu mengurangi penyakit atau kerusakan oleh serangga. Selain itu PGPR juga meningkatkan <a href="http://gerbangtani.blogspot.com/2010/04/fungsi-unsur-hara-bagi-pertumbuhan-dan.html"><span style="color: #397f01;">ketersediaan nutrisi</span></a> lain seperti phospat, belerang, besi dan tembaga. PGPR juga bisa memproduksi <a href="http://gerbangtani.blogspot.com/2010/09/cara-sederhana-membuat-hormon-zpt.html"><span style="color: #397f01;">hormon tanaman</span></a>, menambah bakteri dan cendawan yang menguntungkan serta mengontrol hama dan penyakit tumbuhan. Adapun cara pembuatan PGPR adalah:</span><br /><br /><span style="font-family: georgia;">ALAT DAN BAHAN:</span></span><div class="post-body entry-content">
<ol style="font-family: georgia;">
<li><span style="font-size: 100%;">100 gr akar bambu</span></li>
<li><span style="font-size: 100%;">400 gr gula pasir</span></li>
<li><span style="font-size: 100%;">200 gr trasi</span></li>
<li><span style="font-size: 100%;">1 kg dedak halus</span></li>
<li><span style="font-size: 100%;">10 lt air</span></li>
<li><span style="font-size: 100%;">Penyedap rasa secukupnya</span></li>
</ol>
</div>
<span style="font-size: 100%;"><span style="font-family: georgia;">CARA MEMBUAT:</span></span><ol style="font-family: georgia;">
<li><span style="font-size: 100%;">Rendam akar bambu dalam air matang dingin 2-4 hari</span></li>
<li><span style="font-size: 100%;">Rebus bahan 2 s/d 6 sampai memdidih selama 20 menit</span></li>
<li><span style="font-size: 100%;">Setelah dingin masukkan semua bahan kedalam jerigen dan tutup rapat</span></li>
<li><span style="font-size: 100%;">Buka dan kocok-kocok sehari sekali</span></li>
<li><span style="font-size: 100%;">Setelah 15 hari PGPR siap digunakan</span></li>
</ol>
<span style="font-size: 100%;"><span style="font-family: georgia;">CARA MENGGUNAKAN:</span></span><ol style="font-family: georgia;">
<li><span style="font-size: 100%;">Saring PGPR</span></li>
<li><span style="font-size: 100%;">Campurkan 1 lt PGPR ke dalam air 1 tangki</span></li>
<li><span style="font-size: 100%;">Semprotkan PGPR tersebut ke lahan yang belum ditanami</span></li>
<li><span style="font-size: 100%;">Ulangi penyemprotan setiap 20 hari sekali</span></li>
</ol>
<span style="font-size: 100%;"><span style="font-family: Georgia;">Sumber : <a href="http://www.gerbangpertanian.com/2010/04/membuat-pgpr-plant-grow-promoting.html">http://www.gerbangpertanian.com/2010/04/membuat-pgpr-plant-grow-promoting.html</a></span></span></div>mudah dan gratishttp://www.blogger.com/profile/09201199135029691039noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-1860884638825037782.post-31236703632488893452012-08-10T06:42:00.000-07:002012-08-10T06:43:31.665-07:00Pestisida Organik<br />
<span class="a" style="color: white; left: 645px; letter-spacing: -1px; top: 4450px; word-spacing: 7px;"><u>Daun Sirsak (Nangka Belanda) ternyata dapat digunakan sebagai bahan pestisida organik untuk mengendalikan Hama Thrips pada tanaman Cabai.Caranya :50 – 100 lembar daun sirsak dihaluskan (boleh pake blender) dan dicampur dengan 5 liter air kemudian didiamkan selama sehari semalam, rendaman tersebut kemudian disaring dengankain.1 liter hasil saringan dapat dicampurkan dengan 1 tangki semprot ukuran 17 liter, dan gunakanuntuk menyemprot tanaman cabe, Thrips pun akan lenyap.</u></span><br />
<span style="color: white;"><br /></span>
<span class="a" style="color: blue; left: 645px; letter-spacing: -1px; top: 4450px; word-spacing: 7px;"><u><span style="color: white;">Selamat mencoba</span></u><a class="ll" href="http://petanidesa.wordpress.com/2007/04/25/daun-sirsak-untuk-atasi-thrips/" orig="aHR0cDovL3BldGFuaWRlc2Eud29yZHByZXNzLmNvbS8yMDA3LzA0LzI1L2RhdW4tc2lyc2FrLXVudHVrLWF0YXNpLXRocmlwcy8=" rel="nofollow" target="_blank"><span style="color: #1fa3d6; font-family: cd9800388d99c6a51958e8e0#200700;"></span></a></span><br />
<div class="ff7" style="font-size: 83px;">
</div>mudah dan gratishttp://www.blogger.com/profile/09201199135029691039noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-1860884638825037782.post-7717684575039178812012-08-10T06:28:00.001-07:002012-08-10T06:28:12.903-07:00SRI (System of Rice Intensification)<h1 class="title entry-title" itemprop="name">
<a href="http://4.bp.blogspot.com/-KtGuaDRNV4s/T9srhd3dkHI/AAAAAAAAAF0/tXiq97Vm1bU/s1600/30+hari+%282%29.JPG" imageanchor="1" style="clear: right; float: right; margin-bottom: 1em; margin-left: 1em;"><img border="0" height="240" src="http://4.bp.blogspot.com/-KtGuaDRNV4s/T9srhd3dkHI/AAAAAAAAAF0/tXiq97Vm1bU/s320/30+hari+%282%29.JPG" width="320" /></a></h1>
<div class="article-content entry-content" itemprop="articleBody">
<div class="MsoNormal" style="line-height: normal; margin: 0in 0in 12pt; text-align: justify;">
<span style="font-family: 'Times New Roman', 'serif'; font-size: 12pt; mso-fareast-font-family: 'Times New Roman';">SRI merupakan singkatan dari System of Rice Intensification, suatu sistem pertanian yang berdasarkan pada prinsip Process Intensification (PI) dan Production on Demand (POD). SRI mengandalkan optimasi untuk mencapai delapan tujuan PI, yaitu cheaper process (proses lebih murah), smaller equipment (bahan lebih sedikit), safer process (proses yang lebih aman), less energy consumption (konsumsi energi/tenaga yang lebih sedikit), shorter time to market (waktu antara produksi dan pemasaran yang lebih singkat), less waste or byproduct (sisa produksi yang lebih sedikit), more productivity (produktifitas lebih besar), and better image (memberi kesan lebih baik).<br /><br />SRI ditemukan oleh Pendeta Madagaskar Henri de Laulanie sekitar tahun 1983 di Madagaskar. SRI lahir karena adanya kepedulian dari Laulanie terhadap kondisi petani di Madagaskar yang produktivitas pertaniannya tidak bisa berkembang. Berangkat dari keterbatasan sarana yang Laulanie bisa perbantukan pada petani (yang terdiri atas keterbatasan lahan, biaya dan waktu), ia kemudian bisa membantu melipatgandakan produktivitas pertanian sampai suatu nilai yang mencengangkan. Sampai tulisan ini dibuat, terdapat banyak penelitian yang mencoba mengungkap ‘misteri’ dibalik keberhasilan Laulanie.</span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: normal; margin-top: 0in; text-align: justify;">
<b><span style="color: #38761d; font-family: 'Times New Roman', 'serif'; font-size: 18pt; mso-fareast-font-family: 'Times New Roman';">Metode SRI</span></b><span style="color: #38761d; font-family: 'Times New Roman', 'serif'; font-size: 12pt; mso-fareast-font-family: 'Times New Roman';"></span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: normal; margin: 0in 0in 12pt; text-align: justify;">
<span style="font-family: 'Times New Roman', 'serif'; font-size: 12pt; mso-fareast-font-family: 'Times New Roman';"><br />Keterbatasan Laulanie dalam membantu petani kemudian menjadi metode pokok SRI. Metode ini terdiri atas 3 poin utama, yaitu:<br /></span><b><span style="color: #cc0000; font-family: 'Times New Roman', 'serif'; font-size: 18pt; mso-fareast-font-family: 'Times New Roman';">Pertama.</span></b><span style="font-family: 'Times New Roman', 'serif'; font-size: 12pt; mso-fareast-font-family: 'Times New Roman';"> <b>Penanganan bibit padi secara seksama</b>. Hal ini terdiri atas, pemilihan bibit unggul, penanaman bibit dalam usia muda (kurang dari 10 hari setelah penyemaian), penanaman satu bibit per titik tanam, penanaman dangkal (akar tidak dibenamkan dan ditanam horizontal), dan dalam jarak tanam yang cukup lebar.<br /><br />Bagi yang telah terbiasa menanam padi secara konvensional, pola penanganan bibit ini akan dirasakan sangat berbeda. Hal ini karena metode konvensional memakai bibit yang tua (lebih dari 15 hari sesudah penyemaian), ditanam sekitar 5-10 bahkan lebih bibit per titik tanam, ditanam dengan cara dibenamkan akarnya, dan jarak tanamnya rapat.<br /><br />Perbedaan metode penanganan bibit padi metode SRI terhadap metode konvensional dapat dijelaskan oleh penjelasan sebagai berikut,</span></div>
<ol type="1">
<li class="MsoNormal" style="line-height: normal; mso-list: l0 level1 lfo1; mso-margin-bottom-alt: auto; mso-margin-top-alt: auto; tab-stops: list .5in; text-align: justify;"><span style="font-family: 'Times New Roman', 'serif'; font-size: 12pt; mso-fareast-font-family: 'Times New Roman';">Mengapa ditanam muda? Hal ini dijelaskan oleh Katayama, yaitu melalui teori Pyllochrone. Katayama mengungkapkan bahwa penanaman bibit pada usia 15 hari sesudah penyemaian akan membuat potensi anakan menjadi tinggal 1/3 dari jumlah potensi anakan. Hal ini berarti, SRI menambah potensi anakannya sekitar 64%.</span></li>
<li class="MsoNormal" style="line-height: normal; mso-list: l0 level1 lfo1; mso-margin-bottom-alt: auto; mso-margin-top-alt: auto; tab-stops: list .5in; text-align: justify;"><span style="font-family: 'Times New Roman', 'serif'; font-size: 12pt; mso-fareast-font-family: 'Times New Roman';">Mengapa ditanam satu bibit per titik tanam? Hal ini karena tanaman padi membutuhkan tempat tumbuh yang cukup agar dia dapat mencapai pertumbuhan optimal. Analoginya adalah satu kamar kost untuk satu mahasiswa. Penambahan jumlah mahasiswa yang tinggal dalam kamar kost akan menyebabkan adanya persaingan dalam memanfaatkan fasilitas di dalam kamar kost tersebut. Begitu juga dengan padi, ketika ditanam secara banyak, maka akan terjadi persaingan untuk mendapatkan nutrisi, cahaya matahari, udara, dan bahan lainnya dalam suatu titik atau area tanam.</span></li>
<li class="MsoNormal" style="line-height: normal; mso-list: l0 level1 lfo1; mso-margin-bottom-alt: auto; mso-margin-top-alt: auto; tab-stops: list .5in; text-align: justify;"><span style="font-family: 'Times New Roman', 'serif'; font-size: 12pt; mso-fareast-font-family: 'Times New Roman';">Mengapa ditanam dangkal ? Hal ini bertujuan untuk memacu proses pertumbuhan dan asimilasi nutrisi akar muda. Jika ditanam terbenam, maka akan timbul kekurangan oksigen yang menimbulkan peracunan akar (asphyxia), dan gangguan siklus nitrogen yang dapat menyebabkan pelepasan energi, produksi asam yang tinggi serta tidak adanya rebalance H+ sehingga terjadi destruksi sel akar dan pertumbuhan struktur akar menjadi tidak lengkap. Semua akibat dari penanaman dengan cara dibenamkan akar memangkas potensi akar sampai menjadi ¼ nya saja.</span></li>
<li class="MsoNormal" style="line-height: normal; mso-list: l0 level1 lfo1; mso-margin-bottom-alt: auto; mso-margin-top-alt: auto; tab-stops: list .5in; text-align: justify;"><span style="font-family: 'Times New Roman', 'serif'; font-size: 12pt; mso-fareast-font-family: 'Times New Roman';">Mengapa ditanam dalam jarak yang cukup lebar? Hal ini untuk menjamin selama proses tumbuhnya padi menjadi padi siap panen, seluruh nutrisi, udara, cahaya matahari, dan bahan lainnya tersedia dalam jumlah cukup untuk suatu rumpun padi.</span></li>
</ol>
<div class="MsoNormal" style="line-height: normal; margin: 0in 0in 12pt; text-align: justify;">
<span style="font-family: 'Times New Roman', 'serif'; font-size: 12pt; mso-fareast-font-family: 'Times New Roman';"><br /></span><b><span style="color: #cc0000; font-family: 'Times New Roman', 'serif'; font-size: 18pt; mso-fareast-font-family: 'Times New Roman';">Kedua.</span></b><span style="font-family: 'Times New Roman', 'serif'; font-size: 12pt; mso-fareast-font-family: 'Times New Roman';"> Metode pokok SRI yang kedua adalah <b>penyiapan lahan tanam</b>. Penyiapan lahan tanam untuk metode SRI berbeda dari metode konvensional terutama dalam hal penggunaan air dan pupuk sintetis (untuk kemudian disebut pupuk). SRI hanya menggunakan air sampai keadaan tanahnya sedikit terlihat basah oleh air (macak-macak) dan tidak adanya penggunaan pupuk karena SRI menggunakan kompos. Sangat berbeda dengan metode konvensional yang menggunakan air sampai pada tahap tanahnya menjadi tergenang oleh air serta pemupukan minimal dua kali dalam satu periode tanam.<br /><br />Mengapa demikian ? Tanah yang tergenang air akan menyebabkan kerusakan pada struktur padi sebab padi bukanlah tanaman air. Padi membutuhkan air tetapi tidak terlalu banyak. Hal lain yang ditimbulkan oleh proses penggenangan adalah timbulnya hama. Secara alamiah, seperti padi liar yang tumbuh di hutan-hutan, hama dari padi memiliki musuh alami. Untuk padi liar, yang hidup di tanah kering, musuh alami hama padi dapat hidup dan menjaga kestabilan dengan memakan hama tersebut. Ketika padi hidup di tanah yang tergenang, maka musuh alami hama padi tidak dapat hidup sedangkan hama padi dapat hidup. Bahkan, hal ini memacu adanya hama padi baru yang berasal dari lingkungan akuatik.<br /><br />Pemupukan dua kali, pada awal periode tanam dan saat ditengah-tengah periode tanam memiliki dampak yang kurang signifikan dalam menjaga ketersediaan nutrisi untuk padi. Pemupukan menggunakan pupuk sintetis memang memiliki kecepatan transfer nutrisi yang cepat, tetapi hal ini tidak dapat dimanfaatkan secara maksimal oleh padi yang berusia muda karena padi tersebut hanya membutuhkan nutrisi yang relatif sedikit. Lalu sisa dari nutrisi tersebut tidak termanfaatkan bahkan dapat terbawa oleh aliran air (karena lahan tanam tergenang). Analogi dari hal tersebut adalah bayi yang diberi makanan dengan jatah 25 tahun (jika umur hidupnya 50 tahun). Tentu saja makanannya tidak termanfaatkan.<br /></span><b><span style="color: #cc0000; font-family: 'Times New Roman', 'serif'; font-size: 18pt; mso-fareast-font-family: 'Times New Roman';">Ketiga.</span></b><span style="font-family: 'Times New Roman', 'serif'; font-size: 12pt; mso-fareast-font-family: 'Times New Roman';"> Prinsip ketiga dalam metode SRI adalah <b>keterlibatan mikroorganisme lokal</b> <b>(MOL)</b> dan kompos sebagai ’tim sukses’ dalam pencapaian produktivitas yang berlipat ganda. Dalam hal ini peran kompos sering disalahartikan sebagai pengganti dari pupuk. Hal ini salah, karena peran kompos lebih kompleks daripada peran pupuk. Peran kompos, selain sebagai penyuplai nutrisi juga berperan sebagai komponen bioreaktor yang bertugas menjaga proses tumbuh padi secara optimal. Konsep bioreaktor adalah kunci sukses dari SRI. Bioreaktor yang dibangun oleh kompos, mikrooganisme lokal, struktur padi, dan tanah menjamin bahwa padi selama proses pertumbuhan dari bibit sampai padi dewasa tidak mengalami hambatan. Fungsi dari bioreaktor sangatlah kompleks, fungsi yang telah teridentifikasi antara lain adalah penyuplai nutrisi sesuai POD melalui mekanisme eksudat, kontrol mikroba sesuai kebutuhan padi, menjaga stabilitas kondisi tanah menuju kondisi yang ideal bagi pertumbuhan padi, bahkan kontrol terhadap penyakit yang dapat menyerang padi.</span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: normal; margin: 0in 0in 12pt; text-align: justify;">
<b><span style="color: #134f5c; font-family: 'Times New Roman', 'serif'; font-size: 18pt; mso-fareast-font-family: 'Times New Roman';">Engineering Approach (Pendekatan Rakayasa Teknik)</span></b><span style="color: #134f5c; font-family: 'Times New Roman', 'serif'; font-size: 12pt; mso-fareast-font-family: 'Times New Roman';"></span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: normal; margin: 0in 0in 12pt; text-align: justify;">
<span style="font-family: 'Times New Roman', 'serif'; font-size: 12pt; mso-fareast-font-family: 'Times New Roman';"><br />Lalu bagaimana dengan pendekatan engineering dalam SRI ? Perlu diketahui bahwa SRI menjadi kontroversi karena konsep dalam bidang pertanian tidak dapat menjelaskan mengapa SRI dapat memberikan hasil yang berlipat ganda. Dr. Mubiar Purwasasmita, mengatakan bahwa pendekatan yang harus dilakukan adalah melalui <b><span style="color: #cc0000;">konsep PI dan POD</span></b> yang sangat dikenal dalam dunia engineering.</span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: normal; margin-top: 0in; text-align: justify;">
<b><span style="color: #cc0000; font-family: 'Times New Roman', 'serif'; font-size: 12pt; mso-fareast-font-family: 'Times New Roman';">Apa itu PI ?</span></b><span style="color: #cc0000; font-family: 'Times New Roman', 'serif'; font-size: 12pt; mso-fareast-font-family: 'Times New Roman';"></span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: normal; margin: 0in 0in 12pt; text-align: justify;">
<span style="font-family: 'Times New Roman', 'serif'; font-size: 12pt; mso-fareast-font-family: 'Times New Roman';"><br />Konsep PI yang menjadi acuan dalam perkembangan industri dunia, merujuk pada proses dalam skala yang semakin kecil. Menurut PI, proses yang dapat dilangsungkan dalam skala yang semakin kecil akan berlangsung lebih efektif dan efisien. Hal ini dapat dipahami karena mass and heat transfer akan berlangsung lebih baik pada skala yang lebih kecil. Hal ini adalah konsep yang telah diterima secara luas dalam dunia engineering.<br /><br />Dalam kaitan dengan SRI, konsep ini diwakili oleh bioreaktor. Bioreaktor SRI adalah perwujudan dari proses-proses yang berlangsung dalam skala yang lebih kecil daripada skala yang digunakan pada pertanian konvensional. Ketika berbicara tentang penanaman padi, seharusnya yang dibahas adalah bagaimana interaksi padi dengan lingkungan sekitarnya terutama mikroba yang menjadi unsur pendukungnya. Jadi, penanaman padi tidak hanya ditinjau dari skala manusia tapi juga dari skala mikroba. Proses yang berlangsung dalam skala kecil pada bioreaktor akan menjamin efektivitas dan efisiensi penggunaan bahan akan lebih maksimal.<br /><br />Konsep PI kedua adalah using less to produce more yang diwakili oleh metode penanganan bibit dan penanaman padi yang memanfaatkan sumberdaya seminim mungkin. Hal ini tidak dapat berdiri sendiri, karena disisi lain untuk meningkatkan produktivitas maka harus ada elemen produksi yang meningkat. Peningkatan kualitas lahan, bibit serta proses bioreaktor menjadi insurance agar hal ini tercapai.</span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: normal; margin-top: 0in; text-align: justify;">
<b><span style="color: #cc0000; font-family: 'Times New Roman', 'serif'; font-size: 12pt; mso-fareast-font-family: 'Times New Roman';">Apa itu POD?</span></b><span style="color: #cc0000; font-family: 'Times New Roman', 'serif'; font-size: 12pt; mso-fareast-font-family: 'Times New Roman';"></span></div>
<span style="font-family: 'Times New Roman', 'serif'; font-size: 12pt; mso-fareast-font-family: 'Times New Roman';"><div class="MsoNormal" style="line-height: normal; margin-top: 0in; text-align: justify;">
<br />Konsep POD adalah bagaimana produksi harus sesuai dengan permintaan. Dalam SRI, produksi yang dimaksud adalah nutrisi, cahaya matahari, udara, dan bahan lainnya. Produksi kebutuhan padi akan sesuai dengan kebutuhan padi saat itu, tidak berlebihan dan juga tidak kurang. Bagaimana cara bioreaktor mengetahui kebutuhan padi? Caranya adalah dengan eksudat yang merupakan bentuk komunikasi padi dengan bioreaktor. Eksudat ini berlangsung setiap saat yang menjamin bahwa produksi akan sesuai dengan kebutuhan padi. Dengan cara ini, bioreaktor akan menyediakan nutrisi dan sebagainya sesuai kondisi padi. Semua hal tersebut adalah kunci sukses dari SRI.</div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: normal; margin-top: 0in; text-align: justify;">
</div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: normal; margin-top: 0in; text-align: justify;">
Sumber : <a href="http://keloposongo.blogspot.com/2012/06/pgpr-plant-growt-promoting.html#!/2012/06/sri-system-of-rice-intensification.html">http://keloposongo.blogspot.com/2012/06/pgpr-plant-growt-promoting.html#!/2012/06/sri-system-of-rice-intensification.html</a></div>
</span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<br /></div>mudah dan gratishttp://www.blogger.com/profile/09201199135029691039noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-1860884638825037782.post-40235761213617514182012-08-10T06:23:00.001-07:002012-08-10T06:23:40.094-07:00PGPR (Plant Growt Promoting Rhizobacteria)<h1 class="title entry-title" itemprop="name">
<a href="http://keloposongo.blogspot.com/2012/06/pgpr-plant-growt-promoting.html" itemprop="url" rel="bookmark"><span style="color: #009eb8;">PGPR (Plant Growt Promoting Rhizobacteria)</span></a> <span class="blog-admin"><a class="edit" href="http://www.blogger.com/post-edit.g?blogID=7098755614263087648&postID=5602427424052794279&from=pencil" target="_self" title="Edit"></a></span></h1>
<div class="article-content entry-content" itemprop="articleBody">
<div align="justify">
<i>Promoting Rhizobakteri </i>adalah sejenis bakteri yang hidup di sekitar perakaran tanaman. Bakteri tersebut hidupnya secara berkoloni menyelimuti akar tanaman. Bagi tanaman keberadaan mikroorganisme ini akan sangat baik. Bakteri ini memberi keuntungan dalam proses fisiologi tanaman dan pertumbuhannya. </div>
<div align="justify">
Akar adalah sumber kehidupan, disana terjadi pertukaran udara, unsur hara, dekomposisi dll </div>
<div align="justify">
<b>Fungsi PGPR</b><br />Fungsi PGPR bagi tanaman yaitu mampu memacu pertumbuhan dan fisiologi akar serta mampu mengurangi penyakit atau kerusakan oleh serangga. Fungsi lainnya yaitu sebagai tambahan bagi kompos dan mempercepat proses pengomposan. Pengurangan pestisida dan rotasi penanaman dapat memacu pertumbuhan populasi dari bakteri – bakteri yang menguntungkan seperti PGPR.<br /><b><br />Inokulasi benih</b><br />Ada banyak cara untuk menambah pertumbuhan tanaman. Salah satunya adalah dengan menginokulasikan agens hayati untuk membantu tanaman dalam memperoleh unsur – unsur hara yang dibutuhkan, misalnya untuk menambah nitrogen bisa diinokulasikan bakteri <i>Rhizobium </i>agar mampu memfiksasi nitrogen bebas. Cara inokulasi ini juga memungkinan untuk menambah manfaat nutrisi lainnya seperti menambah larutan phosphat, oksidasi belerang, melelehkan besi dan tembaga.<br />Kandungan phosphor sangat terbatas bagi pertumbuhan tanaman. Meskipun di alam jumlahnya melimpah, tetapi masih dalam bentuk batuan yang keras, sehingga manfaat bagi tanaman sangat terbatas. PGPR mampu berperan sebagai bakteri pelarut phosphate. Kelompok bakteri PGPR ini yaitu <i>Bacillus, Rhizobium</i> dan <i>Pseudomonas</i>.<br />Ada empat nutrisi utama yang dibutuhkan tanaman setelah N, P dan K adalah belerang (S). Unsur belerang juga tidak bisa langsung diserap oleh tanaman, tetapi harus melalui proses transformasi / oksidasi oleh bakteri sebelum diserap oleh tanaman. Kelompok bakteri yang mampu mengoksidasi belerang ini ialah kelompok bakteri yang hidup di tanah. Inokulasi pada benih tanaman yang membutuhkan unsur belerang tinggi seperti kanola, cukup berhasil menggunakan bakteri PGPR.<br /><b>Kelebihan PGPR</b><br />Aplikasi PGPR mampu mengurangi kejadian dan keparahan penyakit. Beberapa bakteri PGPR yang diinokulasikan pada benih sebelum tanam dapat memberi pertahanan pada tudung akar tanaman. Hal inilah yang membuat bakteri PGPR mampu mengurangi keparahan dari penyakit dumping-off (<i>Pythium ultimatum</i>) di tanaman. Beberapa bakteri PGPR mampu memproduksi racun bagi patogen tanaman, misalnya bakteri <i>Bacillus subtilis</i> mampu melawan cendawan patogen.<br />Berikut kelebihan dari PGPR diantaranya :</div>
<ul>
<li>Menambah fiksasi nitrogen di tanaman kacang – kacangan </li>
<li>Memacu pertumbuhan bakteri fiksasi nitrogen bebas </li>
<li>Meningkatkan ketersediaan nutrisi lain seperti phospat, belerang, besi dan tembaga </li>
<li>Memproduksi hormon tanaman </li>
<li>Menambah bakteri dan cendawan yang menguntungkan </li>
<li>Mengontrol hama dan penyakit tumbuhan </li>
</ul>
<br /><b>Tantangan PGPR</b><br />Ada beberapa kekurangan dalam produksi PGPR ini diantaranya : <br /><ul>
<li>Kekonsistenan pengaruh bakteri PGPR di laboratorium dengan di lapangan kadang – kadang berbeda. </li>
<li>Bakteri ini harus dapat diperbanyak dan diproduksi dalam bentuk yang optimum baik vialibilas maupun biologinya selama diaplikasikan di lapangan. Beberapa bakteri PGPR harus dilakukan re-inokulasi setelah diaplikasikan di lapangan seperti <i>Rhizobia</i>. </li>
<li>Tantangan lainnya berkaitan dengan regulasi / kebijakan suatu negara. Di beberapa negara kontrol terhadap produksi agens antagonis ini sangat ketat. Walaupun produk tersebut tidak berefek negatif pada manusia. </li>
<li><br /></li>
</ul>
<b>Cara Membuat PGPR</b> <br /><ul>
<li>Biang PGPR</li>
</ul>
Biang PGPR dibuat dari akar bambu sekira 250 gram yang direndam dalam air selama tiga tiga malam. <br /><ul>
<li>Bahan:</li>
</ul>
20 liter air<br />1/2 kg dedak/bekatul<br />Terasi<br />1 sdm air kapur sirih <br /><ul>
<li>Cara membuat:</li>
</ul>
Campur semua bahan, kemudian didihkan.<br />Setelah dingin, campurkan 1 liter “biang PGPR”. Tutup rapat. Diamkan satu hingga dua mingggu. <br /><i>PGPR kelapa</i><br />Selain cara di atas, biang PGPR juga dapat dikembangkan menggunakan air kelapa segar ditambah gula merah (tetes tebu lebih baik) dan kemudian difermentasi selama seminggu. <br /><b>Aplikasi PGPR </b><br /><ol>
<li><div align="justify">
PGPR dan PGPR kelapa yang telah jadi dapat diaplikasikan ke tanah sekitar tanaman dengan perbandingan; 200 cc PGPR untuk 14 Liter air.</div>
</li>
<li><div align="justify">
Benih yang direndam PGPR dapat merangsang pertumbuhan akar.</div>
</li>
</ol>
<div align="justify">
<b>Catatan</b>:<br />Bakteri PGPR adalah bakteri tanah yang masa hidupnya tidak panjang. Karena itu perlu mengembalikan populasinya setiap akan menebar benih.</div>
<div align="justify">
Semoga bermanfaat. </div>
<div align="justify">
<b>Adapun cara aplikasi PGPR adalah sebagai berikut:</b> </div>
<ol>
<li><div align="justify">
<b>PGPR Untuk perlakuan benih</b>. Benih yang dibeli dari toko dan diduga mengandung pestisida cuci dulu sampai bersih hingga 3 – 4 kali. Rendam benih dalam larutan PGPR dengan konsentrasi 10 ml per liter air selama 10 menit hingga 8 jam tergantung jenis benihnya. Kemudian kering anginkan di tempat yang teduh sebelum dilakukan penanaman. </div>
</li>
<li><div align="justify">
<b>PGPR Untuk perlakuan bibit</b>. Jika untuk perlakuan bibit dan stek atau biakan vegetatif lain tinggal direndam beberapa saat saja lalu langsung ditanam. Konsentrasi yang diperlukan adalah 10 ml per liter air. </div>
</li>
<li><div align="justify">
<b>PGPR Untuk perlakuan pada tanaman</b>. Buat PGPR dengan konsentrasi 5 ml per liter air. Untuk aplikasi pada tanaman semusim (cabe, terong, timun dll) siramkan 1 - 2 gelas aqua larutan tadi ke daerah perakaran. Jika untuk tanaman tahunan jumlah larutan yang digunakan dapat diperkirakan sendiri sesuai dengan umur dan jenis tanaman, sebagai ukuran adalah siram daerah perakaran sampai basah. </div>
</li>
</ol>
<b>Lama waktu peredaman benih atau bibit dengan PGPR</b><br /><br /><table border="1" cellpadding="0" cellspacing="1"><tbody>
<tr><td valign="top" width="33"><b>NO</b></td><td valign="top" width="316"><b>BENIH ATAU BIBIT</b></td><td valign="top" width="179"><b>WAKTU PERENDAMAN</b></td></tr>
<tr><td valign="top" width="33"> 1</td><td valign="top" width="316">Padi, cabai, terong dan kangkung</td><td valign="top" width="179">2 – 8 jam</td></tr>
<tr><td valign="top" width="33"> 2</td><td valign="top" width="316">Stek tanaman berkayu dan bahan biakan dengan rhizoma (pisang, aglaonema dan sebagainya)</td><td valign="top" width="179">2 – 8 jam</td></tr>
<tr><td valign="top" width="33"> 3</td><td valign="top" width="316">Kacang-kacangan (kacang panjang, kedelai, buncis, kacang tanah dan sebagainya)</td><td valign="top" width="179">5 – 15 menit</td></tr>
<tr><td valign="top" width="33"> 4</td><td valign="top" width="316">Timun-timunan (mentimun, semangka, melon dan sebagainya)</td><td valign="top" width="179">5 menit</td></tr>
<tr><td valign="top" width="33"> 5</td><td valign="top" width="316">Jagung dan tomat</td><td valign="top" width="179">15 – 30 menit</td></tr>
<tr><td valign="top" width="33"> 6</td><td valign="top" width="316">Bayam dan kubis-kubisan (pak choi, caisin, kubis dan sawi putih)</td><td valign="top" width="179">5 menit</td></tr>
</tbody></table>
<b>Perlakuan PGPR pada berbagai tanaman</b> <br /><table border="1" cellpadding="0" cellspacing="1"><tbody>
<tr><td valign="top" width="37"><b>NO</b></td><td valign="top" width="246"><b>JENIS TANAMAN</b></td><td valign="top" width="109"><b>PERLAKUAN AWAL</b></td><td valign="top" width="136"><b>PERLAKUAN SUSULAN</b></td></tr>
<tr><td valign="top" width="37"> 1</td><td valign="top" width="246">Benih yang disemaikan dan memiliki umur produktif kurang lebih 30 hari (bayam, caisin dan sebagainya)</td><td valign="top" width="109">Perlakuan benih</td><td valign="top" width="136">1 minggu setelah tanam dan 2 minggu setelah tanam</td></tr>
<tr><td valign="top" width="37"> 2</td><td valign="top" width="246">Benih tanam langsung dengan umur tanaman kurang lebih 60 hari (Jagung manis)</td><td valign="top" width="109">Perlakuan benih</td><td valign="top" width="136">3 minggu setelah tanam dan 5 minggu setelah tanam</td></tr>
<tr><td valign="top" width="37"> 3</td><td valign="top" width="246">Benih disemaikan dengan usia tanam 3 – 4 bulan (padi, cabe, terung, melon dan sebagainya)</td><td valign="top" width="109">Perlakuan benih</td><td valign="top" width="136">1 minggu sebelum pindah tanam, 3 atau 5 minggu setelah tanam </td></tr>
<tr><td valign="top" width="37"> 4</td><td valign="top" width="246">Benih tanam langsung dengan umur tanaman kurang lebih 3 bulan ( jagung, kacang panjang, kedelai, mentimun dan sebagainya</td><td valign="top" width="109">Perlakuan benih</td><td valign="top" width="136">3 minggu setelah tanam, 7 atau 9 minggu setelah tanam </td></tr>
<tr><td valign="top" width="37"> 5</td><td valign="top" width="246">Tanaman berumur kurang lebih 12 bulan (pisang)</td><td valign="top" width="109">Perlakuan benih atau bibit</td><td valign="top" width="136">Perlakuan dilakukan sebulan sekali sejak ditanam hingga tanaman berumur 1 bulan sebelum panen</td></tr>
<tr><td valign="top" width="37"> 6</td><td valign="top" width="246">Tanaman disemaikan dengan umur kurang lebih 3 tahun (pepaya)</td><td valign="top" width="109">Perlakuan benih</td><td valign="top" width="136">1 minggu sebelum pindah tanam dan penyiraman satu bulan sekali setelah pindah tanam.</td></tr>
<tr><td valign="top" width="37">7</td><td valign="top" width="246">Tanaman tahunan</td><td valign="top" width="109">Perlakuan benih atau bibit</td><td valign="top" width="136">Penyiraman 1 bulan sekali.</td></tr>
</tbody></table>
<b>PERBANYAKAN PGPR </b><br /><b>Jenis Bakteri : </b><i>Pseudomonas fluerescens</i> dan <i>Bacillus polimixa</i> <br /><b>1. Bahan</b> <br />- Terasi 100 grm - Kapur 50 grm <br />- Dedak halus 100 grm - Air 10 lt <br />- Gula pasir 150 grm - Biang (inokulum) PGPR <br /><b>2. Cara</b> <br /><div align="justify">
Terasi, dedak halus, gula pasir, dan kapur direbus dalam air. Setelah mendidih didinginkan dalam suhu kamar, kemudian disaring. Masukkan biang PGPR ke dalam air hasil saringan, selanjutnya diinkubasikan selama 3 hari dan siap untuk diaplikasikan. </div>
<div align="justify">
<b>3. Aplikasi</b> </div>
<div align="justify">
PGPR yang telah diinkubasi selama 3 hari, dapat diaplikasikan untuk tanaman. Encerkan terlebih dahulu dengan perbandingan 200 cc larutan PGPR dalam 20 liter air. Hasil pengenceran dapat dikocorkan pada tanaman dengan konsentrasi 200 cc per tanaman (umur 1 bulan setelah tanam atau 40 hari setelah tanam). Aplikasi dianjurkan pada sore hari setelah pukul 15.00 WIB atau pagi hari sebelum pukul 09.00 WIB. Untuk pembenihan, rendam terlebih dahulu bibit yang akan disemai dalam larutan PGPR selama 10 menit, kemudian disemai. Sedangkan untuk bibit yang akan dipindah tanam, terlebih dahulu dicelupkan dalam larutan PGPR selama 10 menit, selanjutnya siap untuk ditanam.</div>
<div align="justify">
</div>
<div align="justify">
Sumber : <a href="http://keloposongo.blogspot.com/2012/06/pgpr-plant-growt-promoting.html#!/2012/06/pgpr-plant-growt-promoting.html">http://keloposongo.blogspot.com/2012/06/pgpr-plant-growt-promoting.html#!/2012/06/pgpr-plant-growt-promoting.html</a></div>
</div>mudah dan gratishttp://www.blogger.com/profile/09201199135029691039noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-1860884638825037782.post-22164827897617780742012-08-10T06:17:00.002-07:002012-08-10T06:17:23.930-07:00Pemanfaatan Mikroorganisme Sebagai Salah Satu Upaya Untuk Pemenuhan Kebutuhan Pangan Masyarakat Indonesia<strong>PENDAHULUAN</strong><br />
Dalam Undang-undang RI No. 7 tahun 1996 tentang Pangan (UU Pangan) disebutkan bahwa pangan adalah kebutuhan dasar manusia yang pemenuhannya menjadi hak azasi setiap rakyat Indonesia. Pangan tersebut dapat berasal dari bahan nabati atau hewani dengan fungsi utama sebagai sumber zat gizi. Berdasarkan evaluasi Susenas 2003, tingkat konsumsi pangan hewani masyarakat Indonesia baru sekitar 58% dari kebutuhan (Dirjen Bina Produksi Peternakan, 2004).<br />
Rendahnya konsumsi pangan telah memberi kontribusi terhadap munculnya kasus gizi buruk di Indonesia beberapa tahun terakhir ini. Laporan WHO (<em>World Health Organization</em>) menyebutkan bahwa dalam kurun tahun 1999-2001 sekitar 12,6 juta jiwa penduduk Indonesia menderita kurang pangan (SCN, 2004). Jumlah tersebut mungkin menjadi bagian dari masyarakat yang mengalami defisit energi protein. Dalam Widyakarya Nasional Pangan dan Gizi VIII tahun 2004 terungkap bahwa sekitar 81,5 juta jiwa masyarakat Indonesia mengalami defisit energi protein (Pambudy, 2004).<br />
Oleh sebab itu, peranan teknologi pangan (pengembangan produk olahan) harus ditingkatkan untuk antisipasi kompetisi global saat ini dan di masa depan. Salah satunya dengan memanfaatkan mikroorganisme dalam proses pengolahan produk pangan tersebut. Untuk upaya pemenuhan kebutuhan pangan masyarakat Indonesia.<br />
Mikroorganisme adalah sebuah organisme kehidupan yang terlalu kecil untuk dilihat dengan mata telanjang. Mikroorganisme dapat ditemukan dimana mana dan sangat berperan dalam semua kehidupan di muka bumi. Kaitannya dengan makanan, mereka dapat menyebabkan atau mencegah pembusukan, atau bahkan menyebabkan kita sakit. Kehidupan manusia pada dasarnya tidak dapat terlepas oleh keberadaan mikroorganisme. Dala kehidupan yang nyata mikroorganisme selalu berada bersama manusia sebagai flora normal yang tak pernah lepas dari tubuh manusia. Dalam eksistensinya mikroorganisme dapat membawa pengaruh yang besar terhadap kehidupan manusia.<br />
Mikroorganisme dapat menjadi bahan pangan ataupun mengubah bahan pangan menjadi bentuk lain. Proses pembuatan pangan yang dibantu oleh mikroorganisme misalnya melalui fermentasi, seperti keju, yoghurt, dan berbagai makanan lain termasuk kecap dan tempe. Pada masa mendatang diharapkan peranan mikroorganisme dalam penciptaan makanan baru seperti mikroprotein dan protein sel tunggal. Mengenal sifat dan cara hidup mikroorganisme juga akan sangat bermanfaat dalam perbaikan teknologi pembuatan makanan.<br />
Pembuatan tempe dan tape (baik tape ketan maupun tape singkong atau peuyeum) adalah proses fermentasi yang sangat dikenal di Indonesia. Proses fermentasi menghasilkan senyawa-senyawa yang sangat berguna, mulai dari makanan sampai obat-obatan. Proses fermentasi pada makanan yang sering dilakukan adalah proses pembuatan tape, tempe, yoghurt, dan tahu.<br />
Fermentasi adalah proses produksi energi dalam sel dalam keadaan anaerobik (tanpa oksigen). Secara umum, fermentasi adalah salah satu bentuk respirasi anaerobik, akan tetapi, terdapat definisi yang lebih jelas yang mendefinisikan fermentasi sebagai respirasi dalam lingkungan anaerobik dengan tanpa akseptor elektron eksternal. Gula adalah bahan yang umum dalam fermentasi. Beberapa contoh hasil fermentasi adalah etanol, asam laktat, dan hidrogen. Akan tetapi beberapa komponen lain dapat juga dihasilkan dari fermentasi seperti asam butirat dan aseton.<br />
<strong>PEMBAHASAN</strong><br />
Pangan merupakan komoditas penting dan strategis, karena pangan merupakan kebutuhan pokok manusia yang pemenuhannya menjadi hak azasi setiap rakyat Indonesia, sebagaimana yang di jelaskan dalam UU No. 7 Tahun 1996 tentang pangan.<br />
Indonesia kaya beraneka ragam sumber bahan pangan baik nabati maupun hewani guna pemenuhan kebutuhan gizi untuk kesehatan masyarakat. Umumnya masyarakat Indonesia mengkonsumsi beras sebagai pangan pokok, yaitu sebagai sumber karbohidrat, sehingga ketergantungan pada beras semakin besar.<br />
Permasalahan pangan di masyarakat, sebenarnya adalah permasalahan lokal, yaitu bagaimana sebenarnya kemampuan masyarakat dalam memenuhi kebutuhan pangan rumah tangga di daerahnya sesuai dengan preferensi dan kemampuan sumber daya yang dimiliki.<br />
Manusia (individu maupun kelompok) merupakan penggerak berbagai aset dan sumberdaya untuk memenuhi kebutuhan hidupnya, termasuk kebutuhan pangannya. Manusia dalam hal ini memiliki akses terhadap berbagai aset dan sumberdaya produktif yang dapat dikelola untuk memenuhi kebutuhan pangan dan kebutuhan hidup lainnya. Penghidupan berkelanjutan merupakan: “suatu penghidupan yang meliputi kemampuan atau kecakapan, aset-aset (simpanan, sumberdaya, claims dan akses) dan kegiatan yang dibutuhkan untuk sarana hidup”.<br />
Situasi krisis pangan yang di alami oleh berbagai bangsa di dunia, termasuk Indonesia memberi pelajaran bahwa ketahanan pangan harus diupayakan sebesar mungkin bertumpu pada sumber daya nasional, karena ketergantungan impor menyebabkan kerentanan terhadap gejolak ekonomi, social dan politik (Juarini, 2006).<br />
Peningkatan gizi makanan, seperti melalui aturan penambahan yodium pada produksi garam atau dengan mengharuskan produsen untuk menambah sejumlah nutrisi mikro ke dalam produk makanan mereka, merupakan cara yang cukup efektif dalam meningkatkan standar gizi<br />
Oleh sebab itu, peranan teknologi pangan (pengembangan produk olahan) harus ditingkatkan untuk antisipasi kompetisi global saat ini dan di masa depan. Salah satunya dengan memanfaatkan mikroorganisme dalam proses pengolahan produk pangan tersebut. Untuk upaya pemenuhan kebutuhan pangan masyarakat Indonesia.<br />
Mikroorganisme dapat menjadi bahan pangan ataupun mengubah bahan pangan menjadi bentuk lain. Proses pembuatan pangan yang dibantu oleh mikroorganisme misalnya melalui fermentasi, seperti keju, yoghurt, dan berbagai makanan lain termasuk kecap dan tempe. Pada masa mendatang diharapkan peranan mikroorganisme dalam penciptaan makanan baru seperti mikroprotein dan protein sel tunggal. Mengenal sifat dan cara hidup mikroorganisme juga akan sangat bermanfaat dalam perbaikan teknologi pembuatan makanan.<br />
<strong>Peranan Bakteri Dalam Bidang Pangan</strong><br />
Terdapat beberapa kelompok bakteri yang mampu melakukan proses <a href="http://id.wikipedia.org/wiki/Fermentasi" title="Fermentasi"><span style="color: #9c4617;">fermentasi</span></a> dan hal ini telah banyak diterapkan pada pengolahan berbagi jenis <a href="http://id.wikipedia.org/wiki/Makanan" title="Makanan"><span style="color: #9c4617;">makanan</span></a>. Bahan <a href="http://id.wikipedia.org/wiki/Pangan" title="Pangan"><span style="color: #9c4617;">pangan</span></a> yang telah difermentasi pada umumnya akan memiliki masa simpan yang lebih lama, juga dapat meningkatkan atau bahkan memberikan <a href="http://id.wikipedia.org/wiki/Cita_rasa" title="Cita rasa"><span style="color: #9c4617;">cita rasa</span></a> baru dan unik pada makanan tersebut.<br />
Beberapa makanan hasil fermentasi dan mikroorganisme yang berperan:<br />
<div align="center">
<table border="1" cellpadding="0" cellspacing="0" style="width: 598px;"><tbody>
<tr><td width="39"><div align="center">
<strong>No.</strong></div>
</td><td width="153"><div align="center">
<strong>Nama produk atau makanan</strong></div>
</td><td width="112"><div align="center">
<strong>Bahan baku</strong></div>
</td><td width="294"><div align="center">
<strong>Bakteri yang berperan</strong></div>
</td></tr>
<tr><td width="39">1.</td><td width="153">Yoghurt</td><td width="112">Susu</td><td width="294"><em><a href="http://id.wikipedia.org/wiki/Lactobacillus_bulgaricus" title="Lactobacillus bulgaricus"><span style="color: #9c4617;">Lactobacillus bulgaricus</span></a></em> dan <em><a href="http://id.wikipedia.org/w/index.php?title=Streptococcus_thermophilus&action=edit&redlink=1" title="Streptococcus thermophilus (halaman belum tersedia)"><span style="color: #9c4617;">Streptococcus thermophilus</span></a></em></td></tr>
<tr><td width="39">2.</td><td width="153">Mentega</td><td width="112">Susu</td><td width="294"><em><a href="http://id.wikipedia.org/wiki/Streptococcus_lactis" title="Streptococcus lactis"><span style="color: #9c4617;">Streptococcus lactis</span></a></em></td></tr>
<tr><td width="39">3.</td><td width="153">Terasi</td><td width="112">Ikan</td><td width="294"><em><a href="http://id.wikipedia.org/w/index.php?title=Lactobacillus_sp.&action=edit&redlink=1" title="Lactobacillus sp. (halaman belum tersedia)"><span style="color: #9c4617;">Lactobacillus sp.</span></a></em></td></tr>
<tr><td width="39">4.</td><td width="153">Asinan buah-buahan</td><td width="112">buah-buahan</td><td width="294"><em><a href="http://id.wikipedia.org/w/index.php?title=Lactobacillus_sp.&action=edit&redlink=1" title="Lactobacillus sp. (halaman belum tersedia)"><span style="color: #9c4617;">Lactobacillus sp.</span></a></em></td></tr>
<tr><td width="39">5.</td><td width="153">Sosis</td><td width="112">Daging</td><td width="294"><em><a href="http://id.wikipedia.org/w/index.php?title=Pediococcus_cerevisiae&action=edit&redlink=1" title="Pediococcus cerevisiae (halaman belum tersedia)"><span style="color: #9c4617;">Pediococcus cerevisiae</span></a></em></td></tr>
<tr><td width="39">6.</td><td width="153">Kefir</td><td width="112">Susu</td><td width="294"><em><a href="http://id.wikipedia.org/wiki/Lactobacillus_bulgaricus" title="Lactobacillus bulgaricus"><span style="color: #9c4617;">Lactobacillus bulgaricus</span></a></em> dan <em><a href="http://id.wikipedia.org/wiki/Streptococcus_lactis" title="Streptococcus lactis"><span style="color: #9c4617;">Streptococcus lactis</span></a></em></td></tr>
</tbody></table>
</div>
Berikut beberapa peranan bakteri dalam bidang pangan: 1<em>. rhizopus oryzae</em> berperan dalam pembuatan tempe. 2.<em>aspergillus wentii/ aspergillus sojae</em> berperan dalam pembuatan kecap. 3. <em>lactobacillus sp</em>. berperan dalam pembuatan terasi. 4. <em>pediococcus cerevisiae</em> berperan dalam pembuatan sosis. 5.<em>neurospora sithopila</em> berperan dalam pembuatan oncom<br />
karena menghasilkan warna merah dan orange. 6. <em>saccaromyces cerevisiae</em> berperan dalam pembuatan roti dan tape. 7. <em>accetobacter xylinum</em> berperan dalam pembuatan nata de koko. 8. <em>saccaromyces tuac</em> berperan dalam pembuatan tuak. 9. <em>saccaromyces ellipsoideus</em> berperan dalam fermentasi buah anggur menjadi minuman anggur. 10. <em>aspergillus oryzae/ aspergillus niger</em> berperan dalam merombak zat pati dalam pembuatan minuman beralkohol. 11. <em>leuconostoc mesenteriodes/lactobacillus planterum</em> berperan dalam memfermentasi kubis menjadi asinan kubis. 12. <em>saccaromyces rouxii/lactobacillus delbrueckii</em> berperan dalam pembuatan miso. 13.<em>bacillus substilis</em> berperan dalam pembuatan sirup dan gula cair. 14. <em>lactobacillus casei/S. cremoris</em> berperan dalam pembuatan keju. 15. <em>streptococus lactis </em>berperan dalam pembuatan mentega. 16<em>. lactobacillus bulgaricus/ streptococus thermophilus</em> berperan dalam pembuatan yagurt. 17.<br />
Penghasil barang atau produk dalam bidang industri antara lain : 1. <em>Corynobacterium glutamicum</em> berperan untuj memproduksi asam glutamat. Asam glutamat digunakan sebagai pembuatan monosodium glutamat (MSG). 2.<em>Aspergillus niger</em> berperan sebagai penghasil asam sitrat. 3. <em>Pseudomonas sp</em>. dan <em>propionibacterium sp</em>. berperan sebagai penghasil vitamin B12. 4. <em>Ashbya gossypii</em> berperan sebagai penghasil riboflavin. 5. <em>Leuconostoc mesenteroides</em> berperan sebagai penghasil sukrose 6. <em>Saccaromyces fragilis</em> berperan sebagai penghasil lactase.<br />
<br />
<strong>Pemanfaatan mikroorganisme dalam produksi pangan skala home industri</strong><br />
<ol>
<li><strong>1. </strong><strong>Pembuatan Tempe </strong></li>
</ol>
Tempe merupakan makanan tradisional yang sudah dikenal sejak berabad dulu ditemukan kata tempe pada manuskrip Centini, tahun 1875 – Tempe terbuat dari kacang kedelai, komposisi gizi tempe baik kadar protein, lemak, dan karbohidratnya tidak banyak berubah dibandingkan kedelai. Namun, karena proses fermentasi zat gizi tempe lebih mudah dicerna, diserap, dan dimanfaatkan tubuh dibandingkan dengan yang ada dalam kedelai (Anonymous, 2011).<br />
Kedelai mengandung protein 35 % bahkan pada varitas unggul kadar proteinnya dapat mencapai 40 – 43 %. Dibandingkan dengan beras, jagung, tepung singkong, kacang hijau, daging, ikan segar, dan telur ayam, kedelai mempunyai kandungan protein yang lebih tinggi, hampir menyamai kadar protein susu skim kering.<br />
<div align="center">
Tabel 1. Komposisi Kedelai per 100 gram Bahan</div>
<table border="1" cellpadding="0" cellspacing="0"><tbody>
<tr><td valign="top" width="240"><div align="center">
KOMPONEN</div>
</td><td valign="top" width="240"><div align="center">
KADAR (%)</div>
</td></tr>
<tr><td valign="top" width="240"><div align="center">
Protein</div>
</td><td valign="top" width="240"><div align="center">
35-45</div>
</td></tr>
<tr><td valign="top" width="240"><div align="center">
Lemak</div>
</td><td valign="top" width="240"><div align="center">
18-32</div>
</td></tr>
<tr><td valign="top" width="240"><div align="center">
Karbohidrat</div>
</td><td valign="top" width="240"><div align="center">
12-30</div>
</td></tr>
<tr><td valign="top" width="240"><div align="center">
Air</div>
</td><td valign="top" width="240"><div align="center">
7</div>
</td></tr>
</tbody></table>
<br />
<div align="center">
Tabel 2. Perbandingan Antara Kadar Protein Kedelai Dengan Beberapa Bahan</div>
<div align="center">
Makanan Lain</div>
<table border="1" cellpadding="0" cellspacing="0"><tbody>
<tr><td valign="top" width="235"><div align="center">
BAHAN MAKANAN</div>
</td><td valign="top" width="245"><div align="center">
PROTEIN (% BERAT)</div>
</td></tr>
<tr><td valign="top" width="235"><div align="center">
Susu skim kering</div>
</td><td valign="top" width="245"><div align="center">
36,00</div>
</td></tr>
<tr><td valign="top" width="235"><div align="center">
Kedelai</div>
</td><td valign="top" width="245"><div align="center">
35,00</div>
</td></tr>
<tr><td valign="top" width="235"><div align="center">
Kacang hijau</div>
</td><td valign="top" width="245"><div align="center">
22,00</div>
</td></tr>
<tr><td valign="top" width="235"><div align="center">
Daging</div>
</td><td valign="top" width="245"><div align="center">
19,00</div>
</td></tr>
<tr><td valign="top" width="235"><div align="center">
Ikan segar</div>
</td><td valign="top" width="245"><div align="center">
17,00</div>
</td></tr>
<tr><td valign="top" width="235"><div align="center">
Telur ayam</div>
</td><td valign="top" width="245"><div align="center">
13,00</div>
</td></tr>
<tr><td valign="top" width="235"><div align="center">
Jagung</div>
</td><td valign="top" width="245"><div align="center">
9,20</div>
</td></tr>
<tr><td valign="top" width="235"><div align="center">
Beras</div>
</td><td valign="top" width="245"><div align="center">
6,80</div>
</td></tr>
<tr><td valign="top" width="235"><div align="center">
Tepung singkong</div>
</td><td valign="top" width="245"><div align="center">
1,10</div>
</td></tr>
</tbody></table>
<br />
Tempe adalah makanan yang populer di negara kita. Meskipun merupakan makanan yang sederhana, tetapi tempe mempunyai atau mengandung sumber protein nabati yang cukup tinggi. Tempe terbuat dari kedelai dengan bantuan jamur <em>Rhizopus sp</em>. Jamur ini akan mengubah protein kompleks kacang kedelai yang sukar dicerna menjadi protein sederhana yang mudah dicerna karena adanya perubahan-perubahankimia pada protein, lemak, dan karbohidrat. Selama proses fermentasi kedelai menjadi tempe, akan dihasilkan antibiotika yang akan mencegah penyakit perut seperti diare.<br />
<strong>Pembuatan Tempe :</strong><br />
<strong>Bahan </strong><br />
1) Kedelai : 10 kg<br />
2) Ragi tempe : 20 gram (10 lempeng)<br />
3) Air : secukupnya<br />
<strong> <a href="http://aguskrisnoblog.files.wordpress.com/2012/01/2606367h2.jpg"><img alt="" class="alignnone wp-image-6017" height="200" src="http://aguskrisnoblog.files.wordpress.com/2012/01/2606367h2.jpg?w=313&h=200" title="2606367h" width="313" /></a></strong><br />
<br />
<strong>Alat</strong><br />
1) Tampah besar 6) Pengaduk kayu<br />
2) Ember 7) Dandang<br />
3) Keranjang 8) Karung goni<br />
4) Rak bamboo 9) Tungku atau kompor<br />
5) Cetakan 10) Daun pisang atau plastik<br />
<a href="http://aguskrisnoblog.files.wordpress.com/2012/01/412173640p.jpg"><img alt="" class="alignnone size-medium wp-image-6019" height="199" src="http://aguskrisnoblog.files.wordpress.com/2012/01/412173640p.jpg?w=300&h=199" title="Produksi Tempe" width="300" /></a><br />
<strong>Cara Pembuatan</strong><br />
1) Bersihkan kedelai kemudian rendam satu malam supaya kulitnya mudah lepas;<br />
2) Kupas kulit arinya dengan cara diinjak-injak. Bila ada, dapat menggunakan mesin pengupas kedelai;<br />
3) Setelah dikupas dan dicuci bersih, kukus dalam dandang selama 1 jam. Kemudian angkaat dan dinginkan dalam tampah besar;<br />
4) Setelah dingin, dicampur dengan ragi tempe sebanyak 20 gram;<br />
5) Masukkan campuran tersebut dalam cetakan yang dialasi plastik atau dibungkus dengan daun pisang. Daun atau plastik dilubangi agar jamur tempe mendapat udara dan dapat tumbuh dengan baik;<br />
6) Tumpuk cetakan dan tutup dengan karung goni supaya menjadi hangat. Setelah 1 malam jamur mulai tumbuh dan keluar panas;<br />
7) Ambil cetakan-cetakan tersebut dan letakkan diatas rak, berjajar satu lapis dan biarkan selama 1 malam;<br />
8) Keluarkan tempe dari cetakannya.<br />
<strong> </strong><br />
<br />
<br />
<br />
<br />
<br />
<br />
<br />
<br />
<br />
<br />
<div align="center">
<strong>Ilustrasi Proses Pembuatan Tempe</strong></div>
<br />
<br />
<ol>
<li><strong>2. </strong><strong>Pembuatan Tape </strong></li>
</ol>
Tape merupakan makanan hasil fermentasi yang mengandung alkohol.Makanan ini dibuat dari beras ketan ataupun singkong dengan jamur <em>Endomycopsis fibuligera, Rhizopus oryzae,</em> ataupun <em>Saccharomyces cereviceae</em> sebagai ragi. Ragi tersebut tersusun oleh tepung beras, air tebu, bawang merah dan putih, kayu manis. Sebelum membuat tape perlu diperhatikan untuk menghasilkan kualitas yang bagus, warnanya menarik, rasanya manis dan strukturnya lembut.<br />
<br />
<br />
<strong>Cara Membuat Tape</strong><br />
a. bahan dasar singkong atau beras ketan memiliki kualitas baik<br />
b. memperhitungkan macam dan banyak ragi yang digunakan<br />
c. memilih cara pemasakan bahan dasar (ditanak atau direbus)<br />
d. memilih cara menyimpan tape (dengan plastik atau daun)<br />
e memperhatikan keadaan lingkungan pada saat menyimpannya.<br />
Adakalanya pembuatan tape ketan dilanjutkan yang akhirnya akan menghasilan brem, baik untuk diminum atau untuk kue.<br />
<table align="left" cellpadding="0" cellspacing="0"><tbody>
<tr><td height="7" width="12"></td></tr>
<tr><td></td><td></td></tr>
</tbody></table>
<br />
<br />
<br />
<br />
<br />
<br />
<br />
<br />
<br />
<ol>
<li><strong>3. </strong><strong>Pembuatan Kecap </strong><strong></strong></li>
</ol>
Kecap terbuat dari kacang kedelai berwarna hitam.Untuk mempercepat fermentasi biasanya dicampurkan sumber karbohidrat atau energi yang berbentuk tepung beras atau nasi, sedangkan warna larutan kecap yang terjadi, tergantung pada waktu. Perendaman kedelai dilakukan dalam larutan garam, maka pembuatan kecap dinamakan fermentasi garam. Fermentasi pada proses pembuatan kecap dengan menggunakan jamur <em>Aspergillus wentii</em> dan <em>Rhizopus sp</em>. Coba Anda perhatikan beberapa kecap di pasaran, ada yang kental, ada pula yang encer. Kecap yang kental karena banyak ditambahkan gula merah, gula aren, atau gula kelapa, sedangkan kecap yang encer dikarenakan mengandung lebih banyak garam.Ada juga kecap ikan, kecap udang, dan sebagainya. Itu bisa dilakukan karena selama proses pembuatan ada penambahan sari ikan ataupun sari udang ke dalamnya.<br />
<strong>Bahan</strong><br />
1) Kedelai (putih atau hitam) 1 kg<br />
2) Jamur tempe 3 gram<br />
3) atau daun usar 1 lembar<br />
4) Daun salam 2 lembar<br />
5) Sereh 1 batang pendek<br />
6) Daun jeruk 1 lembar<br />
7) Laos ¼ potong<br />
8) Pokak 1 sendok teh<br />
9) Gula merah 6 kg<br />
10) Air (untuk melarutkan gula merah) 1 ½ liter<br />
11) Garam dapur 800 gram untuk 4 liter air<br />
<strong>Alat</strong><br />
1) Panci<br />
2) Tampah (nyiru)<br />
3) Kain saring<br />
4) Sendok pengaduk<br />
5) Botol yang sudah disterilkan<br />
<strong>Cara Pembuatan</strong><br />
1) Cuci kedelai dan rendam dalam 3 liter air selama satu malam. Kemudian rebus sampai kulit kedelai menjadi lunak, lalu tiriskan di atas tampah dan dinginkan;<br />
2) Beri jamur tempe pada kedelai yang didinginkan. Aduk hingga rata dan simpan pada suhu ruang (250<sup><span style="font-size: x-small;">0</span></sup>~300<sup><span style="font-size: x-small;">0</span></sup> C) selama 3~5 hari;<br />
3) Setelah kedelai ditumbuhi jamur yang berwarna putih merata, tambahkan larutan garam. Tempatkan dalam suatu wadah dan biarkan selama 3-4 minggu pada suhu kamar (250<sup><span style="font-size: x-small;">0</span></sup>~300<sup><span style="font-size: x-small;">0</span></sup> C). Batas maksimum proses penggaraman adalah dua bulan;<br />
4) Segera tuangkan air bersih, masak hingga mendidih lalu saring;<br />
5) Masukkan kembali hasil saringan, tambah gula dan bumbu-bumbu. Bumbu ini (kecuali daun salam, daun jeruk dan sereh) disangrai terlebih dahulu kemudian digiling halus dan campur hingga rata.<br />
<strong><em>Penambahan gula merah untuk</em></strong><strong>:</strong><br />
a. <span style="text-decoration: underline;">Kecap manis</span> : tiap 1 liter hasil saringan membutuhkan 2 kg gula merah<br />
b. <span style="text-decoration: underline;">Kecap asin</span> : tiap 1 liter hasil saringan membutuhkan 2 ½ ons gula merah<br />
6) Setelah semua bumbu dicampurkan ke dalam hasil saringan, masak sambil terus diaduk-aduk. Perebusan dihentikan apabila sudah mendidih dantidak berbentuk buih lagi;<br />
7) Setelah adonan tersebut masak, saring dengan kain saring. Hasil saringan yang diperoleh merupakan kecap yang siap untuk dibitilkan.<br />
<br />
<ol>
<li><strong>4. </strong><strong>Pembuatan Asinan Sayuran</strong></li>
</ol>
Asinan sayuran merupakan sayuran yang diawetkan dengan jalan fermentasi asam. Bakteri yang digunakan adalah <em>Lactobacillus sp., Streptococcus sp.,</em> dan <em>Pediococcus. </em>Mikroorganisme tersebut mengubah zat gula yang terdapat dalam sayuran menjadi asam laktat. Asam laktat yang terbentuk dapat membatasi pertumbuhan mikroorganisme lain dan memberikan rasa khas pada sayuran yang difermentasi atau sering dikenal dengan nama ‘acar’.<br />
<br />
<strong>Pemanfaatan mikroorganisme dalam produksi pangan skala industri</strong><br />
<ol>
<li><strong>1. </strong><strong>Pembuatan Keju</strong><strong></strong></li>
</ol>
Susu memiliki reputasi yang baik sebagai makanan yang sangat bergizi. Sayangnya, kandungan gizi yang tinggi tidak hanya menarik bagi manusia. Jika dibiarkan untuk waktu yang lama, nutrisi yang ada di dalam susu memungkinkan mikroorganisme untuk tumbuh sehingga menyebabkan susu tidak layak untuk konsumsi manusia. Pada zaman kuno, cara utama untuk mengawetkan susu adalah untuk mengubahnya menjadi keju.<br />
Pada umumnya keju disukai banyak orang. Keju dibuat dari air susu yang diasamkan dengan memasukkan bakteri, yaitu <em>Lactobacillus bulgarius</em> dan <em>Streptococcus thermophillus</em>.<br />
Untuk mengubah gula susu (laktosa) menjadi asam susu (asam laktat) susu dipanaskan terlebih dahulu pada suhu tertentu dengan maksud untuk membunuh bakteri yang berbahaya agar berhasil dalam proses pembuatannya. Selanjutnya, ditambahkan campuran enzim yang mengandung renin untuk menggumpalkan susu sehingga terbentuk lapisan, yaitu berupa cairan susu yang harus dibuang, sedangkan bagian yang padat diperas dan dipadatkan. Enzim tersebut akan menambah aroma dan rasa, juga akan mencerna protein dan lemak menjadi asam amino.<br />
Umumnya keju dapat dikelompokkan menurut kepadatannya yang dihasilkan dalam proses pemasakan. Keju menjadi keras apabila kelembabannya kecil dan pemampatannya besar.Jika masa inkubasinya semakin lama, maka keasamannya makin tinggi sehingga cita rasanya makin tajam. Misalnya, keju romano, parmesan sebagai keju sangat keras, keju cheddar, swiss sebagai keju keras yang berperan <em>Propioniobacterium sp</em>., keju roqueorforti yang berperan <em>Pennicilium reguerforti</em> sebagai keju setengah lunak, keju camemberti sebagai keju lunak yang berperan <em>Pennicilium camemberti.</em><br />
<strong>Proses Pembuatan keju</strong><br />
<ol>
<li>Pasteurisasi susu: dilakukan pada susu 70°C, untuk membunuh seluruh bakteri pathogen.</li>
<li>Pengasaman susu. Tujuannya adalah agar enzim rennet dapat bekerja optimal. Pengasaman dapat dilakukan dengan penambahan lemon jus, asam tartrat, cuka, atau bakteri <em>Streptococcus lactis</em>. Proses fementasi oleh <em>streptococcus lactis</em> akan mengubah laktosa (gula susu) menjadi asam laktat sehingga derajat keasaman (pH) susu menjadi rendah dan rennet efektif bekerja.</li>
<li>Penambahan enzim rennet. Rennet memiliki daya kerja yang kuat, dapat digunakan dalam konsentrasi yang kecil. Perbandingan antara rennet dan susu adalah 1:5.000. Kurang lebih 30 menit setelah penambahan rennet ke dalam susu yang asam, maka terbentuklah curd. Bila temperatur sistem dipertahankan 40 derajat celcius, akan terbentuk curd yang padat. Kemudian dilakukan pemisahan curd dari whey.</li>
<li>Pematangan keju (ripening). Untuk menghasilkan keju yang berkualitas, dilakukan proses pematangan dengan cara menyimpan keju ini selama periode tertentu. Dalam proses ini, mikroba mengubah komposisi curd, sehingga menghasilkan keju dengan rasa, aroma, dan tekstur yang spesifik. Hal ini dipengaruhi oleh kondisi penyimpangan seperti temperatur dan kelembaban udara di ruang tempat pematangan. Dalam beberapa jenis keju, bakteri dapat mengeluarkan gelembung udara sehingga dihasilkan keju yang berlubang-lubang</li>
</ol>
<table align="left" cellpadding="0" cellspacing="0"><tbody>
<tr><td height="6" width="88"></td></tr>
<tr><td></td><td></td></tr>
</tbody></table>
<br />
<br />
<br />
<br />
<div align="center">
<br /></div>
<br />
<br />
<br />
<ol>
<li><strong>2. </strong><strong>Pembuatan Yoghurt</strong></li>
</ol>
Yoghurt merupakan minuman yang terbuat dari air susu. Apabila dibandingkan dengan susu biasa, yoghurt dapat memberikan efek pengobatan terhadap lambung dan usus yang terluka. Selain itu, yoghurt dapat menurunkan kadar kolesterol dalam darah sehingga mencegah penyumbatan di pembuluh darah.<br />
Dalam proses pembuatannya, air susu dipanaskan terlebih dahulu agar tidak terkontaminasi bakteri yang lain. Setelah dingin, ke dalam air susu dimasukkan bakteri <em>Lactobacillus bulgaricus</em> dan <em>Streptococcus termophillus</em>. Susu dibiarkan selama 4-6 jam pada suhu 38 C – 44 C atau selama 12 jam pada suhu 32 C. Pada masa inkubasi akan dihasilkan asam laktat, asam inilah yang membuat yoghurt berasa asam, dapat juga ditambahkan dengan buah, kacang, atau rasa lain yang diinginkan.<br />
<ol>
<li><strong>3. </strong><strong>Pembuatan Terasi</strong></li>
</ol>
<em>Terasi</em> adalah bumbu masak yang dibuat dari ikan dan atau udang yang di fermentasikan, berbentuk seperti pasta dan berwarna hitam-coklat, kadang ditambahi bahan pewarna sehingga menjadi kemerahan. Terasi memiliki bau yang tajam dan biasanya digunakan untuk membuat sambal terasi, tapi juga ditemukan dalam berbagai resep tradisional Indonesia.<br />
Unsur gizi yang terkandung di dalam terasi cukup lengkap dan cukup tinggi. Di samping itu dalam terasi udang terkandung yodium dalam jumlah tinggi yang berasal dari bahan bakunya.yakni udang yang segar.<br />
<strong>Cara pembuatan terasi</strong><br />
<strong>Pada pembuatan terasi,ada dua macam bahan dasar yang basa digunakan dalam pembuatanya yaitu iakan dan udang.</strong><br />
<strong>1. Alat</strong><br />
- Timbangan<br />
- Alat penghancur<br />
- Tempat fermentasi<br />
- Perangkat penjemuran<br />
- Wadah plastic<br />
- Kain saring<br />
<strong>2. Bahan </strong><br />
<ul>
<li><strong>Bahan Baku</strong></li>
</ul>
<strong>a.Terasi Ikan</strong><br />
Beberapa jenis ikan yang sering digunakan sebagai bahan baku pembuatan<br />terasi ikan adalah ikan Selar gatel (Rembang),Badar/Teri (Krawang) dan sebagainya.Kepala ikan harus dibuang terlebih dahulu sebelum diproses lebih lanjut<br />
<strong>b.Terasi Udang</strong><br />
Adapun bahan baku yang digunakan dalam pembuatan terasi udang adalah berupa rebon atau udang kecil dengan ukuran panjang berkisar antara 1 cm – 2,1 cm (membujur), lebar 0,3 cm dengan warna keputihan.<br />
<ul>
<li><strong>Bahan pembantu</strong></li>
</ul>
<ol>
<li><strong>a. </strong><strong>Garam </strong></li>
</ol>
Pada pembuatan terasi garam memiliki fungsi ganda,yaitu seabagai berikut:<br />
-Untuk memantapkan cita rasa terasi yang dihasilkan<br />
-Pada konsentrai 20% ( 200 g/kg bahan baku),garam mampu berperan sebagai bahan pengawet, namun dalam konsentrasi lebih dari 20% justru akan menggangu proses fermentasi<br />
<ol>
<li><strong>b. </strong><strong>Pewarna</strong></li>
</ol>
Untuk memperbaiki penampilan maka sering dilakukan penambahan bahan pewarna buatan dalam terasi.Ke dalam terasi udang sering ditambahkan warna coklat atau merah, sedangkan ke dalam terasi ikan sering ditambahkan warna kehitaman (campuan antara warna merah dan hijau).Adapun konsentrasi pewarna yang digunakan, disesuaikan dengan kebutuhan. Untuk menjamin keselamaan konsumen, sebaiknya digunakan bahan pewarna yang diizinkan penggunaannya oleh pemerintah (SII)<strong></strong><br />
<ol>
<li><strong>c. </strong><strong>Kain Saring atau Daun Pisang</strong></li>
</ol>
Pada pelaksanaan fermentasi, adonan terasi peru dibagi dalam beberapa bagian kecil dan kemudian dibungkus dengan kain saring atau daun pisang yang diiris di beberapa tempat, sehingga adonan tersebut terlindung dari cemaran debu dan air, sementara aerasi udara tetap dapat berjalan lancar.<br />
<strong>Proses pembuatan</strong><br />
<ol>
<li>Ikan dicuci bersih untuk membuang kotoran dan lumpur yang melekat kemudian ditiriskan<strong></strong></li>
<li>Tambahkan garam sebanyak 5% dari berat udang/ikan dan pewarna sesuai dengan warna yang diinginkan kemudian diaduk rata<strong></strong></li>
<li>Tempatkan campuran tersebut pada wadah tampah dan ratakan agar ketebalannya 1 – 2 cm <strong></strong></li>
<li>Jemur sampai setengah kering sambil diaduk selama penjemuran agar merata tingkat kekeringannya<strong></strong></li>
<li>Giling / tumbuk agar halus dan di bentuk adonan gumpalan-gumpalan tersebut<strong></strong></li>
<li>Hasil tumbukan berupa tumbukan-tumbukan bulat dibungkus dengan tikar atau daun pisang kering.Biarkan selama satu hari sampai dua hari.<strong></strong></li>
<li>Jemur kembali sambil dihancurkan supaya cepat kering. Jika terlalu kering dapat ditambahkan air.Waktu penjemuran 3 – 4 hari dan kondisi dijaga agar tidak terlalu kering<strong></strong></li>
<li>Buat gumpalan-gumpalan kembali dan bungkus dengan daun pisang kering.<strong></strong></li>
<li>Simpan selama 1 – 4 minggu, supaya terjadi proses fermentasi sampai tercium bau khas terasi, mikroba yang aktif pada proses ini yaitu <em><a href="http://id.wikipedia.org/w/index.php?title=Lactobacillus_sp.&action=edit&redlink=1" title="Lactobacillus sp. (belum dibuat)"><span style="color: #9c4617;">Lactobacillus sp.</span></a></em><strong></strong></li>
</ol>
<br />
<ol>
<li><strong>4. </strong><strong>Pembuatan Oncom</strong></li>
</ol>
Oncom merupakan produk asli Indonesia yang terbuat dari hasil fermentasi. Berdasarkan jenis bahan baku yang digunakan, oncom dibedakan menjadi 2 jenis, yaitu oncom merah dan oncom hitam. Bla oncom merah biasanya dibuat dari ampas tahu, oncom hitam dibuat dari bungkil kacang tanah sehingga mempunyai tekstur yang lebih lunak.<br />
Walaupun sering dipandang sebelah mata bila dibanding dengan tempe dan tahu, sebenarnya oncom memiliki nilai dan mutu gizi yang tidak kalah dengan tahu dan tempe. Oncom yang terbuat dari bungkil kacang tanah memiliki protein dan lemak yang bagus untuk kita konsumsi.<br />
<strong>Bahan</strong><br />
1 1 kg Kacang tanah<br />
2 100 gr Ragi oncom<br />
<strong>Proses membuat oncom:</strong><br />
<ol>
<li>Bersihkan kacang tanah, kemudian giling kasar kacang tanah tersebut hingga berbentuk bungkil kacang tanah.</li>
<li>Press / tekan bungkil kacang tanah tersebut untuk menghilangkan kandungan minyak dalam kacang tanah.</li>
<li>cetak bungkil kacang tanah ini menjadi bentuk lempengan bulat</li>
<li>Rendam bungkil kacang tanah ini kedalam air matang selama kurang lebih 7 jam sampai berubah menjadi serbuk oncom</li>
<li>Simpan serbuk oncom di dalam keranjang bambu supaya airnya meresap ke bawah dan diamkan semalaman</li>
<li>Kukus serbuk oncom tersebut sampai lunak, kemudian cetak menjadi bentuk persegi panjang</li>
<li>Diamkan cetakan oncom tersebut selama 12 jam</li>
<li>Taburi oncom tersebut dengan ragi oncom dan alasi serta tutup potongan oncom tersebut dengan menggunakan karung rapat-rapat.</li>
<li>Tunggu sampai tumbuh jamur <em>neurospora sithopila</em> di permukaan oncom, yg memberi warna merah atau orange.</li>
<li>Setelah berjamur, potong-potong oncom sesuai selera dan letakkan diatas anyaman bambu sampai agak kering</li>
</ol>
<br />
<ol>
<li><strong>5. </strong><strong>Pembuatan Nata De Coco</strong></li>
</ol>
Nata de coco merupakan makanan hasil fermentasi air kelapa oleh bakteri <em>Acetobacter xylium</em>. Bakteri inilah yang merubah air kelapa menjadi serat selulosa.<br />
<strong>Bahan yang diperlukan :</strong><br />
<ul>
<li>Air kelapa 2 ½ liter</li>
<li>Gula pasir 200 gr</li>
<li>Pupuk ZA (urea) ½ sendok makan</li>
<li>Asam cuka glacial (CH3COOH ) ½ sendok makan</li>
<li>Bibit/starter bakteri <em>Acetobacter xylium</em> 200 ml (Bisa diperoleh di laboratorium pertanian)</li>
</ul>
<strong>Cara Membuat Nata de Coco :</strong><br />
<ol>
<li>Rebus semua bahan kecuali bibit bakteri dan asam. Saring dan dinginkan dalam suhu 25-30oC. Tambahkan bakteri <em>Acetobacter xylium</em> dan asam cuka, aduk rata. Tuang campuran ini dalam baskom atau loyang pelastik hinga ketinggian air 2 cm. Tutup atasnya dengan kain kasa atau kertas. Inkubasikan/fermentasikan selama kurang lebih 1 minggu dalam suhu ruang dan di tempat yang gelap.</li>
<li>Setelah terbentuk lapisan nata, angkat lapisan yang menyerupai agar-agar ini. Potong-potong dan rendam dalam air bersih hingga rasa asamnya hilang.</li>
<li>Agar lebih tahan lama, rebus nata selama 5-10 menit. Rendam dalam larutan sirup gula atau sirup buah aneka rasa.</li>
<li>Kemas sesuai selera.</li>
</ol>
<strong>KAJIAN RELIGIUS</strong><br />
Allah menciptakan jasad-jasad renik di dunia ini sesuai dengan fungsinya masing-masing. Meskipun makhluk yang sangat kecil, tetapi mikroorganisme memilki peranan penting bagi manusia terutama untuk meningkatkan produk pangan. Sebagaimana dengan firman Allah dalam :<br />
<strong>Al-Furqon (25) : ayat 2</strong><br />
<br />
<div dir="rtl">
الَّذِي لَهُ مُلْكُ السَّمَاوَاتِ وَالْأَرْضِ وَلَمْ يَتَّخِذْ وَلَدًا وَلَمْ يَكُن لَّهُ شَرِيكٌ فِي الْمُلْكِ وَخَلَقَ كُلَّ شَيْءٍ فَقَدَّرَهُ تَقْدِيرًا [٢٥:٢]</div>
Artinya: Yang kepunyaan-Nya-lah kerajaan langit dan bumi, dan Dia tidak mempunyai anak, dan tidak ada sekutu bagiNya dalam kekuasaan(Nya), dan dia telah menciptakan segala sesuatu, dan Dia menetapkan ukuran-ukurannya dengan serapi-rapinya.<br />
<strong>Al-Baqarah (2) : ayat 173</strong><br />
<br />
<div align="right">
إِنَّمَا حَرَّمَ عَلَيْكُمُ الْمَيْتَةَ وَالدَّمَ وَلَحْمَ الْخِنزِيرِ وَمَا أُهِلَّ بِهِ لِغَيْرِ اللَّهِ ۖ فَمَنِ اضْطُرَّ غَيْرَ بَاغٍ وَلَا عَادٍ فَلَا إِثْمَ عَلَيْهِ ۚ إِنَّ اللَّهَ غَفُورٌ رَّحِيمٌ [٢:١٧٣]</div>
Artinya : Sesungguhnya Allah hanya mengharamkan bagimu bangkai, darah, daging babi, dan binatang yang (ketika disembelih) disebut (nama) selain Allah. Tetapi barangsiapa dalam keadaan terpaksa (memakannya) sedang dia tidak menginginkannya dan tidak (pula) melampaui batas, maka tidak ada dosa baginya. Sesungguhnya Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.<br />
<strong>Al-Maaidah (5) : ayat 87</strong><br />
<div align="right">
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا لَا تُحَرِّمُوا طَيِّبَاتِ مَا أَحَلَّ اللَّهُ لَكُمْ وَلَا تَعْتَدُوا ۚ إِنَّ اللَّهَ لَا يُحِبُّ الْمُعْتَدِينَ [٥:٨٧]</div>
Artinya : Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu haramkan apa-apa yang baik yang telah Allah halalkan bagi kamu, dan janganlah kamu melampaui batas. Sesungguh- nya Allah tidak menyukai orang-orang yang melampaui batas.<br />
<div align="center">
<br /></div>
<div align="center">
<strong>Sumber : <a href="http://aguskrisnoblog.wordpress.com/2012/01/10/pemanfaatan-mikroorganisme-sebagai-salah-satu-upaya-untuk-pemenuhan-kebutuhan-pangan-masyarakat-indonesia-2/">http://aguskrisnoblog.wordpress.com/2012/01/10/pemanfaatan-mikroorganisme-sebagai-salah-satu-upaya-untuk-pemenuhan-kebutuhan-pangan-masyarakat-indonesia-2/</a> </strong></div>
<div align="center">
<br /></div>
<br />
<div align="center">
<strong>DAFTAR RUJUKAN</strong></div>
<div align="center">
<br /></div>
Astawan, M. dan Mita W. 1991. <em>Teknologi pengolahan pangan nabati tepat guna</em>. Jakarta : Akademika Pressindo,. Hal. 94-96.<br />
Almatsier, S. 2001. <em>Prinsip Dasar Ilmu Gizi</em>. PT Gramedia Pustaka Utama, Jakarta.<br />
Sarwono, B. 1982.<em>Membuat tempe dan oncom</em>. Jakarta : PT. Penebar Swadaya, Hal. 10-15.<br />
Soedjarwo, E. 1982. <em>Kecap kecipir</em>. Jakarta : PT. Penebar Swadaya<br />
Surono, I. S. 2004. Probiotik, Susu Fermentasi dan Kesehatan. YAPMMI, Jakarta.<br />
Tri Margono, Detty Suryati, Sri Hartinah, 1993. <em>Buku Panduan Teknologi Pangan</em>, Pusat Informasi Wanita dalam Pembangunan PDII-LIPI bekerjasama dengan Swiss Development Cooperation<br />
Anonymous, 2011. <em>Bioteknologi</em>. <a href="http://id.wikipedia.org/wiki/Bioteknologi"><span style="color: #9c4617;">http://id.wikipedia.org/wiki/Bioteknologi</span></a>. Di akses pada tanggal 2 Desember 2011<br />
Anonymous,2008. <em>Peran-mikroorganisme-dlm-kehidupan</em> <a href="http://iqbalali.com/2008/02/18/%20peran-mikroorganisme-dlm-kehidupan/"><span style="color: #9c4617;">http://iqbalali.com/2008/02/18/ peran-mikroorganisme-dlm-kehidupan/</span></a>. Di akses pada tanggal 2 Desember 2011mudah dan gratishttp://www.blogger.com/profile/09201199135029691039noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-1860884638825037782.post-29073451481429031622012-07-29T06:59:00.001-07:002012-07-29T06:59:31.175-07:00Penyakit Penting Tanaman<div class="post-content">
<div style="text-align: justify;">
<strong>I. Penyakit-Penyakit Bawa</strong><strong>ng</strong></div>
<div style="text-align: justify;">
<strong>1. </strong><strong>Bercak Ungu [<em>Alternaria pori</em> (Ell.)Cif]</strong></div>
<div style="text-align: justify;">
Gejala</div>
<ul style="text-align: justify;">
<li>Terjadi becak kecil berwarna putih sampai kelabu dan melekuk. Jika membesar becak tampak bercincin dan warna agak keunguan.</li>
<li>Tepinya agak keunguan dan dikelilingi oleh zone berwarna kuning, yang meluas agak jauh ke atas dan ke bawah becak.</li>
<li>Pada cuaca lembab permukaan becak tertutup konidiofor dan konidium jamur yang berwarna hitam.</li>
<li>Ujung daun yang sakit mengering.</li>
<li>Becak banyak terdapat pada daun tua.</li>
</ul>
<div style="text-align: justify;">
Penyebab Penyakit : Alternaria porri (Ell.)Cif</div>
<ul style="text-align: justify;">
<li>Dulu sering disebut Macrosporium porri Ell.</li>
</ul>
<div style="text-align: justify;">
Daur Hidup</div>
<ul style="text-align: justify;">
<li>Patogen bertahan dari musim ke musim pada sisa-sisa tanaman dan sebagai konidium.</li>
<li>Jamur membentuk kondium pada malam hari.</li>
<li>Infeksi terjadi melalui mulut kulit dan luka.</li>
</ul>
<div style="text-align: justify;">
Faktor<sup>2</sup> Yang Mempengaruhi</div>
<ul style="text-align: justify;">
<li>Tanaman yang sehat kurang mendapat gangguan.</li>
</ul>
<div style="text-align: justify;">
Pengendalian :</div>
<ol style="text-align: justify;">
<li>Menanam bawang di lahan berdrainase baik.</li>
<li>Pergiliran tanaman (rotasi)</li>
<li>Penyemprotan fungisida tembaga, ferbam, zineb dan nabam yang ditambah sulfat seng.</li>
</ol>
<div style="text-align: justify;">
<strong>2. </strong><strong>Bercak Daun Cercospora (<em>Cercospora duddiae</em> We</strong><strong>ll</strong><strong>es</strong><strong>.</strong><strong>)</strong></div>
<div style="text-align: justify;">
Gejala</div>
<ul style="text-align: justify;">
<li>Mula-mula terjadi becak klorosis, bulat, berwarna kuning, berdiameter 3-5 mm.</li>
<li> Becak paling banyak terdapat pada ujung sebelah luar daun.</li>
<li>Becak-becak sering berkumpul pada ujung daun, yang pada sebelah
pangkalnya terdapat banyak becak yang terpisah, sehingga daun tampak
belang.</li>
<li>Ujung daun mengering dan menjadi coklat kelabu.</li>
<li>Becak-becak yang terpisah mempunyai pusat berwarna coklat yang terdiri dair jaringan mati.</li>
<li>Pada waktu lembab di bagian daun yang mati terdapat bintik-bintik yang terdiri dari berkas konidiofor dengan konidium jamur.</li>
<li>Kadang-kadang bintik-bintik ini juga terjadi pada jaringan yang klorosis.</li>
</ul>
<div style="text-align: justify;">
Penyebab Penyakit : <em>Cercospora duddiae</em> Welles.</div>
<ul style="text-align: justify;">
<li>Mempunyai konidium lurus atau agak bengkok, pangkalnya tumpul,
meruncing ke ujung, hialin, mempunyai banyak sekat, berukuran 48-99 x
6-8 µm.</li>
<li>Konidiofor berwarna gelap, bersekat, berukuran 47-168 x 5-9 µm.</li>
</ul>
<div style="text-align: justify;">
Pengendalian :</div>
<ol style="text-align: justify;">
<li>Menanam bawang di lahan berdrainase baik.</li>
<li>Pergiliran tanaman (rotasi)</li>
<li>Penyemprotan fungisida tembaga, ferbam, zineb dan nabam yang ditambah sulfat seng.</li>
</ol>
<div style="text-align: justify;">
<strong>3. </strong><strong>Busuk daun (<em>Perenospora destructor</em> (Berk.)Casp.)</strong></div>
<ul style="text-align: justify;">
<li>Busuk daun (<em>downy mildew</em>), sering disebut “embun bulu” atau “embun tepung” atau “penyakit tepung palsu”</li>
</ul>
<div style="text-align: justify;">
Gejala</div>
<ul style="text-align: justify;">
<li>Kira-kira pada saat tanaman membentuk umbi lapis.</li>
<li> Di dekat ujung daun timbul becak hijau pucat</li>
<li>Pada waktu cuaca lembab pada permukaan daun berkembang kapang yang berwarna putih lembayung atau ungu.</li>
<li>Daun segera menguning, layu dan mengering.</li>
<li> Daun yang mati berwarna putih diliputi oleh kapang hitam.</li>
</ul>
<div style="text-align: justify;">
Penyebab Penyakit : <em>Perenospora destructor</em> (Berk.)Casp.</div>
<div style="text-align: justify;">
Faktor<sup>2</sup> Yang Mempengaruhi</div>
<ul style="text-align: justify;">
<li>Penyakit terutama berkembang pada musim hujan bila udara sangat lembab dan suhu malam hari rendah.</li>
</ul>
<div style="text-align: justify;">
Pengendalian :</div>
<ol style="text-align: justify;">
<li>Pemakaian benih yang sehat</li>
<li>Jika penyakit banyak, setelah panen daun-daun dibakar. Tanah diberakan selama 3 tahun</li>
<li>Penyemprotan fungsida</li>
</ol>
<div style="text-align: justify;">
<strong>II. </strong><strong>Penyakit-Penyakit Tanaman Solanaceae (Cabai, Terung dan Tomat)</strong></div>
<div style="text-align: justify;">
<strong>A.</strong><strong> </strong><strong>Penyakit-Penyakit Cabai dan Terung</strong></div>
<div style="text-align: justify;">
<strong>1. </strong><strong>Becak Daun Cabai (<em>Cercospora capsici</em> Heals et Wolf.)</strong></div>
<div style="text-align: justify;">
Gejala</div>
<ul style="text-align: justify;">
<li>Pada daun terdapat becak-becak bulat, kecil, kebasah-basahan.
Bercak meluas hingga Ø 0,5 cm atau lebih, pusatnya berwarna pucat sampai
putih dengan tepi yang lebih tua warnanya.</li>
<li> Becak-becak yang tua berlubang.</li>
<li>Pada paprika tampak bahwa becak mempunyai jalur-jalur sepusat, yang tampak lebih jelas dilihat dari permukaan atas daun.</li>
<li>Apabila terdapat banyak becak, daun cepat menguning dan gugur, atau langsung gugur tanpa menguning lebih dulu.</li>
</ul>
<div style="text-align: justify;">
Penyebab Penyakit : <em>Cercospora capsici</em> Heald <em>et</em> Wolf.</div>
<ul style="text-align: justify;">
<li>Konodium berbentuk gada panjang, bersekat 3-12, dengan ukuran 60-200 x 3-5 µm.</li>
<li> Konidiofor pendek, bersekat 1-3.</li>
</ul>
<div style="text-align: justify;">
Daur Hidup</div>
<ul style="text-align: justify;">
<li><em>C. capsici</em> terbawa biji dan mungkin bertahan pada sisa-sisa tanaman sakit selama satu musim.</li>
</ul>
<div style="text-align: justify;">
Faktor<sup>2</sup> Yang Mempengaruhi</div>
<ul style="text-align: justify;">
<li> Kurang terdapat pada musim kemarau dan di lahan yang berdrainase baik.</li>
<li>Penyakit dapat timbul di persemaian, meskipun cenderung lebih banyak pada tanaman tua.</li>
<li>Penyakit dibantu oleh cuaca yang panas dan lembab.</li>
</ul>
<div style="text-align: justify;">
Pengendalian :</div>
<ul style="text-align: justify;">
<li>Penyemprotan fungisida tembaga, benlate (benomyl) dan topsin.</li>
</ul>
<div style="text-align: justify;">
<strong>2. </strong><strong>Antraknosa Cabai (<em>Gloeosporium piperatum</em> Ell. Et Ev dan <em>Colletotrichum capsici</em> (Syd.)Butl. Et Bisby</strong></div>
<div style="text-align: justify;">
Gejala</div>
<div style="text-align: justify;">
<em> Gloeosporium piperatum</em> <em> </em></div>
<ul style="text-align: justify;">
<li>Dapat menyerang buah yang masih hijau dan menyebabkan mati ujung (<em>die back</em>)</li>
<li>Mula-mula berupa bintik-bintik kecil berwarna kehitaman dan berlekuk, pada buah yang masih hijau atau yang sudah masak.</li>
<li>Bintik-bintik ini tepinya berwarna kuning, membesar dan memanjang. Bagian tengahnya menjadi semakin gelap.</li>
<li>Dalam cuaca lembab jamur membentuk badan buah dalam
lingkaran-lingkaran sepusat, yang membentuk masa spora (konidium)
berwarna merah jambu.</li>
<li>Penyakit masih berkembang terus pada waktu buah cabai disimpan atau diangkut.</li>
</ul>
<div style="text-align: justify;">
C<em>olletotrichum capsici</em></div>
<ul style="text-align: justify;">
<li>Mula-mula membentuk becak coklat kehitaman, yang meluas menjadi busuk lunak.</li>
<li>Pada tengah bercak terdapat kumpulan titik-titik hitam yang terdiri dari kelompok seta dan konidium jamur.</li>
<li>Serangan berat menyebabkan seluruh buah mengering dan mengerut (keriput).</li>
<li>Buah yang seharusnya berwarna merah menjadi berwarna seperti jerami.</li>
<li>Jika cuaca kering jamur hanya membentuk becak kecil yang tidak
meluas. Tetapi kelak setelah buah dipetik, karena kelembaban udara yang
tinggi selama disimpan dan diangkut, jamur akan berkembang dengan cepat.</li>
</ul>
<div style="text-align: justify;">
Penyebab Penyakit :</div>
<div style="text-align: justify;">
<em> Gloeosporium piperatum</em> Ell. Et Ev.</div>
<ul style="text-align: justify;">
<li>Aservulus dalam sel-sel epidermal atau subepidermal terbuka, bulat atau panjang, berwarna kuning jingga atau merah jambu.</li>
<li>Konidium bersel satu, 15,5-18,6 x 5,4-6,2 µm, hialin, berbentuk batang dengan ujung membulat.</li>
</ul>
<div style="text-align: justify;">
<em>Colletotrichum capsici</em> (Syd.)Butl. Et Bisb.</div>
<ul style="text-align: justify;">
<li> Mempunyai banyak aservulus, tersebar, di bawah kutikula atau pada
permukaan, garis tenganya samapi 100 µm, hitam dengan banyak seta.</li>
<li> Seta coklat tua, bersekat, kaku, meruncing ke atas, 75-100 x 2-6,2 µm.</li>
<li>Konidium hialin, berbentuk tabung (selindris), 18,6-25,0 x 3,5-5,3 µm, ujung-ujungnya tumpul, atau bengkok seperti sabit.</li>
<li>Jamur membentuk banyak sklerotium dalam jaringan tanaman sakit atau dalam medium biakan.</li>
</ul>
<div style="text-align: justify;">
Daur Hidup</div>
<ul style="text-align: justify;">
<li>Bertahan pada biji yang sakit.</li>
<li> Bertahan pada sisa-sisa tanaman sakit. Seterusnya konidium disebarkan oleh angin.</li>
<li><em>C. capsici</em> hanya terjadi melalui luka-luka.</li>
</ul>
<div style="text-align: justify;">
Faktor<sup>2</sup> Yang Mempengaruhi</div>
<ul style="text-align: justify;">
<li> Kurang terdapat pada musim kemarau, di lahan yang mempunyai drainase baik dan gulmanya terkendali dengan baik.</li>
<li> Perkembangan jamur ini paling baik pada suhu 20<sup>o</sup>C, sedangkan sporulasi <em>G. piperatum</em> pada suhu 23<sup>o</sup>C dan <em>C. capsici</em> pada suhu 30<sup>o</sup>C.</li>
<li>Buah yang mudah cenderung lebih rentan daripada yang setengah masak.</li>
</ul>
<div style="text-align: justify;">
Pengendalian :</div>
<ol style="text-align: justify;">
<li>Tidak menanam biji yang terinfeksi —- Biji terinfeksi diobat dengan thiram 0,2%.</li>
<li>Funfisida, antara lain Antracol, velimek, Dithane M-45, dan lain-lain.</li>
</ol>
<div style="text-align: justify;">
<strong>3. </strong><strong>Busuk Buah (<em>Phytophthora</em> sp.)</strong></div>
<div style="text-align: justify;">
Gejala</div>
<ul style="text-align: justify;">
<li>Pada buah cabai mula-mula becak kecil kebasah-basahan, berwarna
hijau suram, yang meluas dengan cepat sehingga meliputi seluruh buah.</li>
<li>Buah mengering dengan cepat dan menjadi mummi.</li>
<li>Biji terserang, menjadi coklat dan keriput.</li>
</ul>
<div style="text-align: justify;">
Penyebab Penyakit : <em>Phytophthora</em> <em>capsici</em> Leonian</div>
<ul style="text-align: justify;">
<li>Sporangiofor bialin, bercabang tidak menentu, bentuknya mirip dengan hifa biasa.</li>
<li>Bentuk dan ukuran sporangium sangat bervariasi, bulat sampai jorong
memanjang, hialin, dengan 1-3 buah papil yang menonjol, 35-105 x 21-56
µm. Biasanya berkecambah membentuk zoospora, atau dalam keadaan yang
kurang menguntungkan membentuk pembuluh kecambah.</li>
<li>Di dalam biakan murni, jamur membentuk oogonium, dengan Ø 25-35 µm.</li>
</ul>
<div style="text-align: justify;">
Daur Hidup</div>
<ul style="text-align: justify;">
<li><em>P capsici</em> dapat terbawa biji.</li>
<li>Bertahan cukup lama dalam tanah.</li>
</ul>
<div style="text-align: justify;">
Pengendalian :</div>
<ol style="text-align: justify;">
<li>Menanam cabai dan terung yang dengan jarak tanam yang cukup.</li>
<li>Memberihkan gulma dan memelihara drainase.</li>
<li> Buah-buah yang sakit dipetik dan dipendam.</li>
<li>Jika perlu, tanaman disemprot dengan fungisida, misalnya Dithane M-45.</li>
</ol>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
<strong>4. </strong><strong>Layu Bakteri [<em>Pseudomonas solanacearum </em>(E.F.Sm.)E.F.Sm.]</strong></div>
<div style="text-align: justify;">
Akan dibahas pada pembahasan penyakit-penyakit penting pada tomat.</div>
<div style="text-align: justify;">
<strong>5. </strong><strong>Mosaik</strong></div>
<div style="text-align: justify;">
Gejala</div>
<ul style="text-align: justify;">
<li>Mula-mula tampak sebagai menguningnya tulang-tulang daun, atau terjadinya jalur kuning sepanjang tulang daun.</li>
<li>Daun menjadi belang hijau muda dan hijau tua.</li>
<li>Daun menjadi lebih kecil dan sempit daripada biasa.</li>
<li>Jika tanaman terinfeksi pada waktu masih sangat muda, tanaman terhambat pertumbuhannya dan kerdil.</li>
<li>Tanaman sakit menghasilkan buah yang kecil-kecil dan sering tampak berjerawat.</li>
</ul>
<div style="text-align: justify;">
Penyebab Penyakit : <em>Virus </em></div>
<ul style="text-align: justify;">
<li>Pada cabai : CMV, dll</li>
<li>Terung TRV, CMV, dll</li>
</ul>
<div style="text-align: justify;">
Daur Hidup</div>
<ul style="text-align: justify;">
<li>CMV ditularkan secara mekanik dengan gosokan, maupun oleh kutu daun.</li>
<li>Bisa terdapat pada gulma disekeliling pertanaman cabai</li>
</ul>
<div style="text-align: justify;">
Pengendalian :</div>
<ol style="text-align: justify;">
<li>Memberantas gulma.</li>
<li>Menangani semai-semai dengan hati-hati, sebelumnya tangan dicuci dengan cabun atau deterjen.</li>
<li>Tanaman bergejala segera dicabut.</li>
</ol>
<div style="text-align: justify;">
<strong>B. Penyakit-Penyakit Tomat</strong></div>
<div style="text-align: justify;">
<strong>1. </strong><strong>Busuk Daun [<em>Phytophthora infestan</em> (Mont.) d By]</strong></div>
<div style="text-align: justify;">
Gejala</div>
<div style="text-align: justify;">
<strong><em> Pada Daun</em></strong></div>
<ul style="text-align: justify;">
<li>Becak daun hitam kecoklatan atau keunguan mulai timbul pada anak
daun, tangkai atau batang, dan bila keadaan membantu akan tumbuh dengan
cepat, sehingga dapat menyebabkan kematian.</li>
<li>Pada becak yang meluas, bagian yang paling luar berwarna kuning pucat yang beralih ke bagian yang berwarna hijau biasa.</li>
<li>Pada sisi bawah daun fruktifikasi jamur yang berwarna putih seperti beludu tampak pada daerah peralihan antara pucat dan ungu.</li>
<li>Perkembangan bercak akan berkembang bila kelembaban nisbi rendah. Becak akan berkembangan kembali bila kelembaban meningkat.</li>
</ul>
<div style="text-align: justify;">
<strong><em> Pada Buah</em></strong></div>
<ul style="text-align: justify;">
<li> Becak yang berwarna hijau kelabu kebasah-basahan meluas menjadi becak yang bentuk dan besarnya tidak tertentu.</li>
<li>Pada buah hijau becak berwarna coklat tua, agak keras dan berkerut.</li>
<li>Becak mempunyai batas yang cukup tegas, dan batas ini tetap
berwarna hijau pada waktu bagian buah yang tidak sakit matang ke warna
yang biasa.</li>
<li>Kadang-kadang becak mempunyai cincin-cincin.</li>
<li>Dalam pengangkutan, penyakit dapat menyebabkan busuk lunak dan beair, yang mungkin disebabkan oleh jasad sekunder.</li>
</ul>
<div style="text-align: justify;">
Penyebab Penyakit : <em>Phytophthota infestans </em>(Mont.) d By.</div>
<ul style="text-align: justify;">
<li>Miselium sekunder membentuk sporangiofor pada permukaan becak.</li>
<li>Sporangiofor secara berturut-turut membentuk sporangium pada ujungnya yang tumbuh.</li>
<li>Sporangium yang disebarkan oleh angin biasanya tumbuh dengan
membentuk spora kembara (zoospora), kacang-kadang tumbuh langsung dengan
membentuk pembuluh kecambah.</li>
<li>Oospora sangat jarang dibentuk, bahkan di Indonesia belum pernah
ditemukan, sehingga mungkin tidak memegang peranan dalam daur penyakit.</li>
</ul>
<div style="text-align: justify;">
Daur Hidup</div>
<ul style="text-align: justify;">
<li>Sporangium jamur terutama disebarkan oleh angin.</li>
<li> Jika jatuh pada setetes air pada tanaman yang rentan, sporangium
akan mengeluarkan spora kembara (zoospora) yang dapat berenang, yang
seterusnya membentuk pembuluh kecambah yang mengadakan infeksi.</li>
<li>Sampai sekarang belum diketahui dengan cara bagaimana Ph. Infestans pada tomat mempertahanakan diri dari musim ke musim.</li>
<li>Jamur juga dapat bertahan pada tanaman kentang dan terung yang biasanya terdapat di daerah penanam sayuran pegunungan.</li>
</ul>
<div style="text-align: justify;">
Faktor<sup>2</sup> Yang Mempengaruhi</div>
<ul style="text-align: justify;">
<li> Suhu dan Kelembaban udara</li>
</ul>
<div style="text-align: justify;">
Pengendalian :</div>
<ol style="text-align: justify;">
<li>Pemilihan waktu tanam</li>
<li>Pemakaian fungisida</li>
</ol>
<div style="text-align: justify;">
<strong>2. </strong><strong>Bercak Coklat (<em>Alternaria solani</em> Sor.)</strong></div>
<div style="text-align: justify;">
Gejala</div>
<div style="text-align: justify;">
<em> Pada Daun</em></div>
<ul style="text-align: justify;">
<li>Mula-mula pada daun timbul becak-becak kecil, bulat atau bersudut,
coklat tua sampai hitam, sebesar kepala jarum sampai lebih kurang 4 mm.</li>
<li>Jaringan nekrotk sering tampak seperti kulit, mempunyai lingkaran-lingkaran sepusat.</li>
<li>Di sekitar becak nekrotik biasanya terdapat jalur klorotik (halo) sempit.</li>
<li>Jika pada daun terdapat banyak becak, daun akan cepat menjadi tua, layu atau gugur sebelum waktunya.</li>
</ul>
<div style="text-align: justify;">
<em> Pada Batang</em></div>
<ul style="text-align: justify;">
<li>Terjadinya becak gelap yang mempunyai lingkaran-lingkaran sepusat.</li>
<li>Jika infeksi terjadi dekat percabangan, cabang akan mudha patah jika buah-buah membesar.</li>
</ul>
<div style="text-align: justify;">
Pada Semai / bibit</div>
<ul style="text-align: justify;">
<li>Menyebabkan busuk pangkal batang.</li>
<li>Infeksi terjadi setinggi permukaan tanah, meluas ke bagian bawah dan atas, dan membentuk kanker yang melingkari pangkal batang.</li>
</ul>
<div style="text-align: justify;">
Pada Buah</div>
<ul style="text-align: justify;">
<li>Buah dapat terinfeksi pada waktu masih hijau ataupun sudah masak.</li>
<li>Pada buah terjadi becak coklat gelap atau hitam, biasanya tampak
mengendap (berlekuk), yang dapat meluas ke seluruh permukaan buah.</li>
<li>Jaringan sakit tampak seperti kulit dan sapat membentuk massa hitam
seperti beludru yang terdiri dari spora jamur pada permukaannya.</li>
<li>Biasanya infeksi terjadi didekat tangkai, melalui luka karena pertumbuhan atau luka-luka lain.</li>
</ul>
<div style="text-align: justify;">
Penyebab Penyakit : <em>Alternaria solani</em> Sor.</div>
<ul style="text-align: justify;">
<li>Miselium berwarna gelap.</li>
<li>Konidiofor keluar dari jaringan tanaman yang sakit, berwarna gelap dan relatif pendek.</li>
<li>Konidium berparuh, berbentuk buah murbey, gelap, sendiri atau membentuk rantai dua-dua. Rata-rata ukurannya 200 x 17 µm.</li>
</ul>
<div style="text-align: justify;">
Daur Hidup</div>
<ul style="text-align: justify;">
<li>Dari musim ke musim bertahan pada tanaman yang sakit, pada sisa-sisa tanaman sakit atau pada biji.</li>
<li> Konidium mudah terlepas dan disebarkan oleh angin dan juga kumbang-kumbang.</li>
</ul>
<div style="text-align: justify;">
Faktor<sup>2</sup> Yang Mempengaruhi</div>
<ul style="text-align: justify;">
<li>Konidium berkecambah pada suhu 6-34<sup>o</sup>C. Suhu optimumnya 28-30<sup>o</sup>C. Dalam air pada suhu ini sudah berkecambah dalam 35-45 menit.</li>
<li>Faktor tanah maupun cuaca yang dapat melemahkan tanaman.</li>
<li>Tanaman yang berbuah banyak cenderung lebih rentan.</li>
</ul>
<div style="text-align: justify;">
Pengendalian :</div>
<ol style="text-align: justify;">
<li>Pemberian pupuk yang seimbang agar tanaman lebih tahan.</li>
<li>Desinfeksi biji.</li>
<li>Fungisida karbamat.</li>
</ol>
<div style="text-align: justify;">
<strong>3. </strong><strong>Layu Fusarium (<em>Fusarium oxysporium</em> f.sp. <em>lycopersici</em>)</strong></div>
<div style="text-align: justify;">
Gejala</div>
<ul style="text-align: justify;">
<li>Gejala pertama adalah menjadi pucatnya tulang-tulang daun, terutama
daun-daun sebelah atas, kemudian diikuti dengan merunduknya tangkai,
dan akhirnya tanaman menjadi layu secara keseluruhan.</li>
<li>Kadang-kadang kelayuan didahului dengan menguningnya daun, terutama daun<sup>2</sup> sebelah bawah.</li>
<li>Tanaman menjadi kerdil dan merana tumbuhnya.</li>
<li>Jika tanaman sakit dipotong dekat pangkal batang atau dikelupas
dengan kuku atau pisau akan terlihat cincin coklat dari berkas pembuluh.</li>
<li>Pada tanaman yang masih muda, penyakit dapat menyebabkan tanaman mati mendadak.</li>
</ul>
<div style="text-align: justify;">
Penyebab Penyakit : <strong><em>Fusarium oxysporium</em> (Schlecht) f.sp. <em>lycopersici</em> (Sacc.)Snyd et Hand]</strong></div>
<ul style="text-align: justify;">
<li>Miselium bersekat dan dapat tumbuh dengan baik pada bermacam-macam medium agar yang mengandung ekstrak sayuran.</li>
<li>Mula-mula miselium tidak berwarna, semakin tua warna menjadi krem, akhirnya koloni tampak mempunyai benang-benang berwarna oker.</li>
<li>Pada miselium yang lebih tua terbentuk klamidospora.</li>
<li>Jamur membentuk makrokonidium bersel, tidak berwarna, lonjong atau bulat telur, 6-15 x 2,5-4 µm.</li>
<li>Makrokonidium lebih jarang terdapat, berbentuk kumparan, tidak
berwarna, kebanyakan bersekat dua atau tiga, berukuran 25-33 x 3,5-5,5
µm.</li>
<li><em>Fox f.sp lycopersici</em> mempunyai banyak ras fisiologi (ex. Ras 1 dan ras 0) dan 2 galur (galur putih dan ungu).</li>
</ul>
<div style="text-align: justify;">
<em>Sehingga mempersulit usaha untuk memperoleh jenis tomat yang tahan.</em></div>
<div style="text-align: justify;">
Daur Hidup</div>
<div style="text-align: justify;">
Dapat bertahan dalam tanah.</div>
<ul style="text-align: justify;">
<li>Jamur mengadakan infeksi pada akar, terutama melalui luka-luka, lalu menetap dan berkembang di berkas pembuluh.</li>
<li>Pengankutan air dan hara terganggu menyebabkan tanaman menjadi layu.</li>
<li>Jamur menghasilkan likomarasmin ® menghambat permeabilitas membram plasma.</li>
<li>Sesudah jaringan pembuluh mati, pada waktu udara lembab jamur akan membentuk spora yang berwarna ungu pada akar yang terinfeksi.</li>
<li>Jamur dapat memakai bermacam luka untuk jalan infeksi.</li>
<li>Jamur dapat tersebar karena pengangkutan bibit, tanah yang terbawa angin atau air, atau oleh alat pertanian.</li>
</ul>
<div style="text-align: justify;">
Faktor yang mempengaruhi :</div>
<ul style="text-align: justify;">
<li>Penyakit berkembang pada suhu tanah 21-33<sup> o</sup>C. Suhu optimum 28<sup> o</sup>C.</li>
<li>Kelembaban tanah yang membentu tanaman, ternyata juga membantu perkembangan penyakit.</li>
<li>Penyakit akan lebih berat bila tanah mengandung banyak nitrogen tetapi miskin kalium.</li>
</ul>
<div style="text-align: justify;">
Pengendalian :</div>
<ol style="text-align: justify;">
<li>Penanaman jenis tomat yang tahan (ex. Ohio MR 9 dan Walter).</li>
<li>Fungisida tidak memberikan hasil yang memuaskan, tetapi pencelupan akar dgn benomyl memberikan hasil yang baik.</li>
<li>Penggunaan mulsa</li>
</ol>
<div style="text-align: justify;">
<strong>4. </strong><strong>Layu Bakteri [<em>Pseudomonas solanacearum </em>(E.F.Sm.)E.F.Sm.]</strong></div>
<div style="text-align: justify;">
Gejala</div>
<ul style="text-align: justify;">
<li> Gejala permulaan adalah layunya beberapa daun muda atau menguningnya daun-daun tua (daun-daun sebelah bawah).</li>
<li>Batang tanaman cenderung membentuk lebih banyak akar adventif sampai setinggi bunga.</li>
<li>Jika batang, cabang atau tangkai daun tanaman sakit dibelah, tampak berkas pembuluh berwarna kecoklatan.</li>
<li>Pada stadium penyakit lanjut, bila batang dipoting, dari berkas
pembuluh akan keluar massa bakteri seperti lendir berwarna putih susu Þ
dapat dibedakan dgn layu Fox.</li>
</ul>
<div style="text-align: justify;">
Penyebab Penyakit : <strong><em>Pseudomonas solanacearum </em>(E.F.Sm.)E.F.Sm</strong><em> </em></div>
<ul style="text-align: justify;">
<li>Bakteri berbentuk batang, 0,5 x 1,5 µm, tidak berspora, tidak
berkapsula, bergerak dengan satu bulu cambuk, polar, aerob, gram
negatif.</li>
<li>Koloni di atas medium agar keruh, berwarna kecoklatan, kecil, tida teratur, halus, mengkilat, kebasah-basahan.</li>
</ul>
<div style="text-align: justify;">
Daur Hidup</div>
<ul style="text-align: justify;">
<li>Bakteri mengadakan infeksi melalui luka, termasuk luka karena nematoda.</li>
<li><em>Bakteri dan namatoda berinteraksi sinergistik</em></li>
</ul>
<ul style="text-align: justify;">
<li>
<table align="left" cellpadding="0" cellspacing="0">
<tbody>
<tr>
<td><br /></td>
<td><br /></td>
</tr>
</tbody>
</table>
</li>
<li>Bakteri dapat bertahan pada banyak tanaman pertanian (ex. Tembakau, cabai, kentang, dan kacang-kacangan).</li>
<li>Pupuk kandang yang baru (belum masak) dapat membawa bakteri ke ladang</li>
</ul>
<div style="text-align: justify;">
Faktor yang mempengaruhi :</div>
<ul style="text-align: justify;">
<li> Penyakit dibantu oleh suhu yang relatif tinggi, sehingga penyakit didataran rendah lebih berat.</li>
</ul>
<div style="text-align: justify;">
Pengendalian :</div>
<ol style="text-align: justify;">
<li>Pergiliran tanaman.</li>
<li>Penyambungan : Pada batang bawah yang tahan.</li>
<li>Antibiotik streptomycin.</li>
<li>Menanam jenis tomat yang tahan.</li>
</ol>
<div style="text-align: justify;">
<strong>5. </strong><strong>Penyakit Mosaik Tembakau (<em>Marmor tabaci</em> Holmes.)</strong></div>
<div style="text-align: justify;">
Gejala</div>
<ul style="text-align: justify;">
<li> Pada daun terjadi becak-becak hijau muda atau kuning yang tidak teratur.</li>
<li>Bagian yang berwarna muda tidak dapat berkembang secepat hijau yang biasa, sehingga daun menjadi berkerut atau terpuntir.</li>
<li>Jika semai terinfeksi segera setelah muncul, semai dapat mati.</li>
<li>Jika tanaman terinfeksi setelah dewasa, pengaruhnya dapat lemah sekali.</li>
<li>Infeksi mosaik pada mungkin tidak menimbulkan gejala. Namun jika
tanaman terinfeksi sejak awal, buah hanya kecil, bentuknya menyimpang
dan pada dinding buah mungkin terdapat becak-becak nekrotik.</li>
<li>Jika mosaik tembakau dan mosaik ketimun mengadakan infeksi
bersama-sama, pada batang dan buah akan terjadi garis-garis hitam yang
teridir dari jaringan mati.</li>
</ul>
<div style="text-align: justify;">
Penyebab Penyakit : <em>virus Mamor tabaci </em>Holmes, yang disebut juga Nicotiana virus 1</div>
<div style="text-align: justify;">
(Mayer) Smith.</div>
<div style="text-align: justify;">
Sampai sekarang dikenal dengan nama virus mosaik tembakau (<em>tobacco </em><em>)</em></div>
<ul style="text-align: justify;">
<li>Titik inaktivasi pemanasan 94<sup>o</sup>C, titik pengenceran terakhir 1 : 1.000.000. Dalam daun tembakau virus bertahan sampai puluhan tahun.</li>
</ul>
<div style="text-align: justify;">
Daur Hidup</div>
<ul style="text-align: justify;">
<li>Virus menular dari tanaman ke tanaman secara mekanik, oleh tangan pekerja, ternak, atau alat-alat pertanian.</li>
<li>Virus tidak ditularkan oleh serangga.</li>
<li>Virus dapat bertahan pada sisa-sisa tanaman sakit dalam tanah sampai 4 bulan.</li>
<li>Virus dapat bertahan dari tahun ke tahun pada gulma famili <em>Solanaceae</em>.</li>
</ul>
<div style="text-align: justify;">
Pengendalian :</div>
<ol style="text-align: justify;">
<li>Tidak merokok selama bekerja di pertanaman tomat, terutama pada waktu pembibitan dan memindahkan tanaman.</li>
<li>Penyiangan</li>
<li>Pada waktu memanjatkan dan memangkas tanaman dilakukan dengan tidak terlalu banyak dipegang dan tidak dipegang dengan keras.</li>
</ol>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
<strong>6. </strong><strong>Penyakit Mosaik Ketimun (<em>Marmor cucumeris </em>var.<em> vulgare </em>Holmes.)</strong></div>
<div style="text-align: justify;">
Gejala</div>
<ul style="text-align: justify;">
<li>Daun cenderung menjadi sempit, bahkan kadang-kadang menjadi seperti tali (shoestring, tali sepatu).</li>
<li> Daun juga mengeriting dan berwarna hijau muda.</li>
<li>Buah lebih kecil dari biasanya. Sering pembentukan buah pada bagian puncak batang terhambat.</li>
</ul>
<div style="text-align: justify;">
Penyebab Penyakit : <em>Marmor cucumeris </em>var.<em> vulgare </em>Holmes atau Cucumis virus 1.</div>
<ul style="text-align: justify;">
<li> Sampai sekarang dikenal dengan nama virus mosaik ketimun (<em>cucumber mosaic virus, cucumovirus = CMV</em>).</li>
</ul>
<div style="text-align: justify;">
Daur Hidup</div>
<ul style="text-align: justify;">
<li>Virus dapat menular secara mekanis, beberapa kutu daun (ex. <em>Myzus persicae, Aphis gossypii, A. fabae</em> dan <em>A. maidis</em>)</li>
<li>Mempunyai banyak tanaman inang dari banyak famili [ex. Ketimun
(Cucirbitaceae), sawian (Cruciferae), terungan (Solanaceae) dan kacangan
(Papilionaceae)].</li>
</ul>
<div style="text-align: justify;">
Pengendalian :</div>
<ol style="text-align: justify;">
<li> Persemaian harus bebas dari gulma dan kutu daun.</li>
<li>Pencabutan tanaman sakit.</li>
<li>mencuci tangan dengan sabun setelah memegang tomat atau gulma yang mungkin mengandung virus.</li>
<li>Tidak menanam tanman yang dapat menjadi sumber virus (ex. Famili yang sama) didekat pertanaman tomat.</li>
<li>Pengendalian gulma di pertanaman tomat.</li>
</ol>
Sumber: http://kliniktanaman.blogspot.com/2008/04/penyakit-penting-tanaman-sayuran.html<br />
</div>
<h2 class="post-title">
<a href="http://cabeputih.wordpress.com/2010/10/14/antraknosa-atau-patek-pada-tanaman-cabai/" title="ANTRAKNOSA ATAU PATEK PADA TANAMAN CABAI">ANTRAKNOSA ATAU PATEK PADA TANAMAN CABAI</a>
</h2>
<div class="post-date">
October 14, 2010 </div>
<div class="post-data">
<span class="postauthor">
<a href="http://satrio.at.pn/" rel="author external" title="Visit agussatriyono’s website">agussatriyono</a> </span>
<span class="postcategory">
<a href="http://cabeputih.wordpress.com/category/hamapenyakit/" rel="category tag" title="View all posts in Hama&Penyakit">Hama&Penyakit</a> </span>
<span class="postcomment">
<a href="http://cabeputih.wordpress.com/2010/10/14/antraknosa-atau-patek-pada-tanaman-cabai/#respond" title="Comment on ANTRAKNOSA ATAU PATEK PADA TANAMAN CABAI">Leave a comment</a> </span>
</div>
<div style="text-align: justify;">
Penyakit antraknosa atau patek pada
tanaman cabai disebabkan oleh Cendawan Colletotrichum capsici Sydow dan
Colletotrichum gloeosporioides Pens, penyakit antraknosa atau patek ini
merupakan momok bagi para petani cabai karena bisa menghancurkan panen
hingga 20-90 % terutama pada saat musim hujan, cendawan penyebab
penyakit antraknosa atau patek ini berkembang dengan sangat pesat bila
kelembaban udara cukup tinggi yaitu bila lebih dari 80 rH dengan suhu 32
derajat selsius biasanya gejala serangan penyakit antraknosa atau patek
pada buah ditandai buah busuk berwarna kuning-coklat seperti terkena
sengatan matahari diikuti oleh busuk basah yang terkadang ada jelaganya
berwarna hitam. Sedangkan pada biji dapat menimbulkan kegagalan
berkecambah atau bila telah menjadi kecambah dapat menimbulkan rebah
kecambah. Pada tanaman dewasa dapat menimbulkan mati pucuk, infeksi
lanjut ke bagian lebih bawah yaitu daun dan batang yang menimbulkan</div>
<div style="text-align: justify;">
busuk kering warna cokelat kehitam-hitaman.</div>
<div style="text-align: justify;">
Pengendalian Penyakit Antraknosa atau Patek:</div>
<div style="text-align: justify;">
* Melakukan prendaman biji dalam air
panas (sekitar 55 derajat Celcius) selama 30 menit atau perlakuan dengan
fungisida sistemik yaitu golongan triazole dan pyrimidin (0.05-0.1%)
sebelum ditanam atau menggunakan agen hayati.</div>
<div style="text-align: justify;">
* Penyiraman fungisida atau agen hayati yang tepat pada umur 5 sebelum pindah tanam.</div>
<div style="text-align: justify;">
* Memusnahkan bagian tanaman yang
terinfeksi, namun perlu diperhatikan saat melakukan pemusnahan, tangan
yang telah menyentuh (sebaiknya diusahakan tidak menyentuh) luka pada
tanaman tidak menyentuh tanaman/buah yang sehat, dan sebaiknya dilakukan
menjelang pulang sehingga kita tidak terlalu banyak bersinggungan
dengan tanaman/buah yang masih sehat.</div>
<div style="text-align: justify;">
* Penggiliran (rotasi) tanaman dengan
tanaman lain yang bukan famili solanaceae(terong, tomat dll) atau
tanaman inang lainnya misal pepaya karena berdasarkan penelitian IPB
patogen antraknosa pada pepaya dapat menyerang cabai pada pertanaman.</div>
<div style="text-align: justify;">
* Penggunaan fungisida fenarimol,
triazole, klorotalonil, dll. khususnya pada periode pematangan buah dan
terutama saat curah hujan cukup tinggi.. Fungisida diberikan secara
bergilir untuk satu penyemprotan dengan penyemprotan berikutnya, baik
yang menggunakan fungisida sistemik atau kontak atau bisa juga gabungan
keduanya.</div>
<div style="text-align: justify;">
* Penggunaan mulsa hitam perak, karena
dengan menggunakan mulsa hitam perak sinar matahari dapat dipantukan
pada bagian bawah permukaan daun/tanaman sehingga kelembaban tidak
begitu tinggi.</div>
<div style="text-align: justify;">
* Menggunakan jarak tanam yang lebar
yaitu sekitar 65-70 cm (lebih baik yang 70 cm) dan ditanam secara
zig-zag ini bertujuan untuk mengurangi kelembaban dan sirkulasi udara
cukup lancar karena jarak antar tanaman semakin lebar, keuntungan lain
buah akan tumbuh lebih besar.</div>
<div style="text-align: justify;">
* Jangan gunakan pupuk nitrogen (N) terlalu tinggi, misal pupuk Urea, Za, ataupun pupuk daun dengan kandungan N yang tinggi.</div>
<div style="text-align: justify;">
* Penyiangan / sanitasi gulma atau rumput-rumputan agar kelembaban berkurang dan tanaman semakin sehat.</div>
<div style="text-align: justify;">
* Jangan menanam cabai dekat dengan
tanaman cabai yang sudah terkena lebih dahulu oleh antraknosa / patek,
ataupun tanaman inang lain yang telah terinfeksi.</div>
<div style="text-align: justify;">
* Pengelolaan drainase yang baik di musim penghujan.</div>
<div style="text-align: justify;">
Agen hayati yang sering digunakan dalam
pengendalian antraknosa adalah : Actinoplanes, Alcaligenes,
Agrobacterium Amorphospongarium, athrobacter dll, dan ini biasanya bisa
didapat di balai perlindungan tanaman Deptan. Namun perlu diperhatikan
bila kita menggunakan agen hayati sebaiknya kita tidak menggunakan
pestisida kimia, karena akan menyebabkan kematian pada agen hayati
tersebut</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
http://cabeputih.wordpress.com/category/hamapenyakit/mudah dan gratishttp://www.blogger.com/profile/09201199135029691039noreply@blogger.com1tag:blogger.com,1999:blog-1860884638825037782.post-90192682446800937152012-07-29T06:39:00.001-07:002012-07-29T06:49:34.649-07:00Penyebab : Fusarium oxysporum f.sp cubense (FOC)<b>I. Gejala: </b><br />
<div style="text-align: justify;">
<ul style="text-align: justify;">
<li>Menguningnya daun tua yang diikuti disklorisasi pembuluh pada
pelepah daun terluar yang semakin hebat pada stadium lanjut . </li>
<li>Bila pseudostem terinfeksi dipotong akan terlihat jaringan
sakit lebih berwarna kecoklatan bila dibanding dengan jaringan
sehat. </li>
<li>Penularan terjadi terutama melalui luka pada akar dan alat-alat pertanian. </li>
</ul>
<b>II. Pengendalian: <br /> 1. Budidaya </b>
<br />
<ul style="text-align: justify;">
<li>Hindarkan penanaman pisang pada lahan yang pemah terserang penyakit layu <i>Fusarium</i>. Pada lubang tanaman ditaburi arang sekam untuk menghambat penyebaran cendawan. Gunakan <a class="glossarylink" href="http://jsc.jogjaprov.go.id/component/glossary/glossary-1/B/bibit-1/" title="Benih atau bahan tanam yang bukan berupa biji dapat disebut sebagai bibit ">bibit</a>
yang sehat bebas dari cendawan (kalau memungkinkan gunakan bahan
perbanyakan hasil kulturjaringan). Jangan menanam bonggol, anakan atau
bibit dan membawa tanah dari daerah yang sudah terinfeksi penyakit
layu <i>Fusarium.</i>. Mensucihamakan alat-alat pertanian dengan tungisida. </li>
</ul>
<b> 2. Mekanis </b>
<br />
<ul style="text-align: justify;">
<li>Eradikasi tanaman terserang, tanaman dimatikan dengan suntikan
minyak tanah sebanyak 5 cc dan area dengan kisaran + 1,5 m dari
tanaman/rumpun ditaburkan arang sekam. </li>
<li>Isolasi kawasan, lahan baru dipisahkan dari lahan terserang
dengan dibuatkan parit sedalam Rhizosphere pisang lalu arang sekam
ditaburkan + 3/4 tinggi parit dan dibuat drainase yang tidak
mempengaruhi kebun baru. </li>
</ul>
</div>
<div style="text-align: justify;">
<b>3. Biologis</b></div>
<div style="text-align: justify;">
Pemanfaatan musuh alami seperti P<i>seudomonas florescens, Trichoderma sp.</i> atau <i>Glicocladium sp.</i> dengan aplikasi:</div>
<div style="text-align: justify;">
<div style="text-align: justify;">
Aplikasi 1 : diberikan pada 2 minggu sebelum tanam dengan dosis :</div>
<div style="text-align: justify;">
1. Trichoderma sp dan <i>Glicocladium sp </i>sebanyak 100 gl5 k1kompos jadi 108 spora/cell <i> </i></div>
<div style="text-align: justify;">
<i>2. Pseudomonas florescens</i> sebanyak 100 cdS kg kompos padijadi 108 CFU (Cell Fraction Unit)</div>
Aplikasi 2 : diberikan 3-4 bulan setelah tanam (bersamaan dengan penjarangan anakan) dengan dosis:</div>
<div style="text-align: justify;">
1. <i>Trichoderma sp dan Glicocladium</i> ? df sebanyak 50 g/5 kg kompos padijadi 108 spora/cell</div>
<div style="text-align: justify;">
2. <i>Pseudomonas florescens</i> sebanyak 100 cc/5 kg kompos padi jadi 108 CFU (Cell Fraction Unit)</div>
<div style="text-align: justify;">
<b>Pengendalian Layu Fusarium (Panama disease) <br /> Penyebab : cendawan Mycosphaerella musicola </b></div>
<b>I. Gejala : </b>
<br />
<ul style="text-align: justify;">
<li>Timbulnya bintik-bintikuning atau hijau kecoklatan (sejajar dengan tulang daun) pada daun ke-3 dan ke-4.</li>
<li>Bercak ini kemudian berubah menjadi coklatua sampai hitam,</li>
<li>Pertumbuhan buah terhambat, mutunya rendah dan cepat matang. </li>
</ul>
<b>II. Pengendalian </b>
<br />
<ul style="text-align: justify;">
<li>Mekanis : Potong dan bakar pelepah daun yang terserang </li>
<li>Budidaya : Penjarangan anakan secara teratur dan pengairan secara memadai</li>
<li>Kimiawi : Aplikasifungisida daconil 75WP, Topsin 75 WP dan Tilt 259 E</li>
</ul>
Sumber : http://yogya.litbang.deptan.go.id<br />
http://jsc.jogjaprov.go.id/informasi/artikel/1041-pengendalian-layu-fusarium-panama-disease-mudah dan gratishttp://www.blogger.com/profile/09201199135029691039noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-1860884638825037782.post-17037431557147382252012-07-29T06:33:00.000-07:002012-07-29T06:33:11.742-07:00Mengolah Sampah Skala Rumah TanggaAlhamdulillah saya mendapatkan ilmu dari pengunjung blog ini.<br />
Dari bung Emmanuel Erwin Her Purwanto (<a href="mailto:emmanuel.erwin@gmail.com">emmanuel.erwin@gmail.com</a>). Berikut<br />
Maaf baru kali ini. info soal mini komposter sederhana saja. Prinsip dasarnya sbg berikut :<br />
1. ambil ember / galon bekas cat tembok ukuran 20 liter.<br />
2. bagian dasarnya dilobangi beberapa lobang ukuran 0,5 cm.<br />
3. masukkan bahan kompos beberapa kali sampai penuh.<br />
4. bikin pipa udara dari paralon ukuran 3/4 in dilobangi kirikanan sepanjang ember / galon.<br />
5. Terakhir tusukkan pipa paralon kekompos tersebut, dan ember ditutup.<br />
Kompos tidak perlu diaduk aduk, sampai kompos matang, waktunya
tergantung bahan komposnya. Sekitar 5 – 10 hari. Jangan lupa setiap
memasukkan bahan kompos sudah disemprot aktivator / EM4. Bila Kompos
masih bau artinya pemberian/ penyemprotan aktivator tidak rata atau
kurang. <br />
Sederhana kan. Semoga informasi ini bermanfaat. Salam sejahtera.<br />
<br />
Sumber : http://isroi.com/2008/12/12/mengolah-sampah-skala-rumah-tangga/mudah dan gratishttp://www.blogger.com/profile/09201199135029691039noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-1860884638825037782.post-38606894598467829272012-07-29T06:32:00.000-07:002012-07-29T06:32:13.327-07:00Gejala Kekurangan Unsur Hara bagi Tanaman<table align="center" border="0" cellpadding="6" cellspacing="0" class="tborder" id="post5642702"><tbody>
<tr valign="top"><td class="alt1" id="td_post_558556091" style="border-right: 1px solid #D1D1E1;"><div id="post_message_5642702">
Kekurangan
salah satu atau beberapa unsur hara akan mengakibatkan pertumbuhan
tanaman tidak sebagaimana mestinya yaitu ada kelainan atau
penyimpangan-penyimpangan dan banyak pula tanaman yang mati muda.<br />
Gejala kekurangan ini cepat atau lambat akan terlihat pada tanaman,
tergantung pada jenis dan sifat tanaman. Ada tanaman yang cepat sekali
memperlihatkan tanda-tanda kekurangan atau sebaliknya ada yang lambat.
Pada umumnya pertama-tama akan terlihat pada bagian tanaman yang
melakukan kegiatan fisiologis terbesar yaitu pada bagian yang ada di
atas tanah terutama pada daun-daunnya.<br />
Bila tidak ada faktor lain yang mempengaruhi, maka tanda-tanda kekurangan unsur hara terlihat sebagai berikut:<br />
<br />
1. Kekurangan unsur hara Nitrogen (N)<br />
a. Warna daun hijau agak kekuning-kuningan dan pada tanaman padi warna
ini mulai dari ujung daun menjalar ke tulang daun selanjutnya berubah
menjadi kuning lengkap, sehingga seluruh tanaman berwarna pucat
kekuning-kuningan. Jaringan daun mati dan inilah yang menyebabkan daun
selanjutnya menjadi kering dan berwarna merah kecoklatan.<br />
b. Pertumbuhan tanaman lambat dan kerdil<br />
c. Perkembangan buah tidak sempurna atau tidak baik, seringkali masak sebelum waktunya<br />
d. Dapat menimbulkan daun penuh dengan serat, hal ini dikarenakan
menebalnya membran sel daun sedangkan selnya sendiri berukuran
kecil-kecil<br />
e. Dalam keadaan kekurangan yang parah, daun menjadi kering, dimulai dari bagian bawah terus ke bagian atas<br />
<br />
2. Kekurangan unsur hara Fosfor (P)<br />
a. Terhambatnya pertumbuhan sistem perakaran, batang dan daun<br />
b. Warna daun seluruhnya berubah menjadi hijau tua/keabu-abuan,
mengkilap, sering pula terdapat pigmen merah pada daun bagian bawah,
selanjutnya mati. Pada tepi daun, cabang dan batang terdapat warna merah
ungu yang lambat laun berubah menjadi kuning.<br />
c. Hasil tanaman yang berupa bunga, buah dan biji merosot. Buahnya kerdil-kerdil, nampak jelek dan lekas matang<br />
<br />
3. Kekurangan unsur hara Kalium (K)<br />
Defisiensi/kekurangan Kalium memang agak sulit diketahui gejalanya,
karena gejala ini jarang ditampakkan ketika tanaman masih muda.<br />
a. Daun-daun berubah jadi mengerut alias keriting (untuk tanaman kentang
akan menggulung) dan kadang-kadang mengkilap terutama pada daun tua,
tetapi tidak merata. Selanjutnya sejak ujung dan tepi daun tampak
menguning, warna seperti ini tampak pula di antara tulang-tulang daun
pada akhirnya daun tampak bercak-bercak kotor (merah coklat), sering
pula bagian yang berbercak ini jatuh sehingga daun tampak bergerigi dan
kemudian mati<br />
b. Batangnya lemah dan pendek-pendek, sehingga tanaman tampak kerdil<br />
c. Buah tumbuh tidak sempurna, kecil, mutunya jelek, hasilnya rendah dan tidak tahan disimpan<br />
d. Pada tanaman kelapa dan jeruk, buah mudah gugur<br />
e. Bagi tanaman berumbi, hasil umbinya sangat kurang dan kadar hidrat arangnya demikian rendah<br />
Khusus untuk tanaman padi, gejala kekurangan unsur Kalium dapat dijelaskan sebagai berikut:<br />
a. Daun<br />
Daun tanaman padi yang kekurangan Kalium akan berwarna hijau gelap
dengan banyaknya bintik-bintik yang warnanya yang menyerupai karat.
Bintik-bintik itu pertama-tama muncul pada bagian atas daun yang sudah
tua, ujung daun dan tepi daun menjadi seperti terbakar (necrotic),
berwarna coklat kemerahan atau coklat kuning. Daun-daun tua, khususnya
di tengah hari akan terkulai dan daun-daun muda menggulung ke arah atas
dan memperlihatkan gejala-gejala kekurangan air<br />
b. Batang<br />
Batang tanaman padi yang kekurangan Kalium akan tumbuh pendek dan kurus.
Dan kebanyakan varietas-varietas padi yang kekurangan Kalium lebih
mudah rebah<br />
c. Akar<br />
Pertumbuhan akar biasanya sangat terbatas, ujung akar akan tumbuh kurus
dan pendek, dan akar selalu cenderung berwarna gelam dan hitam.
Akar-akar cabang dan akar rambat sangat kurus dan selalu memperlihatkan
gejala pembusukan akar.<br />
d. Bulir dan Malai<br />
Pertumbuhannya akan pendek dan umumnya mempunyai persentase kehampaan
buah yang tinggi. Sedang jumlah bulir yang berisi untuk setiap helainya
akan rendah, bulir-bulir padi akan berukuran kecil dan tidak teratur
bentuknya, mutu dan berat 1.000 bulir akan berkurang, persentase
bulir-bulir yang tidak berkembang dan tidak dewasa bertambah.<br />
<br />
4. Kekurangan unsur hara Kalsium (Ca)<br />
a. Daun-daun muda selain berkeriput mengalami perubahan warna, pada
ujung dan tepi-tepinya klorosis (berubah menjadi kuning) dan warna ini
menjalar di antara tulang-tulang daun, jaringan-jaringan daun pada
beberapa tempat mati<br />
b. Kuncup-kuncup muda yang telah tumbuh akan mati<br />
c. Pertumbuhan sistem perakarannya terhambat, kurang sempurna malah sering salah bentuk<br />
d. Pertumbuhan tanaman demikian lemah dan menderita<br />
<br />
5. Kekurangan unsur hara Magnesium (Mg)<br />
a. Daun-daun tua mengalami klorosis (berubah menjadi kuning) dan tampak
di antara tulang-tulang daun, sedang tulang-tulang daun itu sendiri
tetap berwarna hijau. Bagian di antara tulang-tulang daun itu secara
teratur berubah menjadi kuning dengan bercak-bercak merah kecoklatan<br />
b. Daun-daun mudah terbakar oleh teriknya sinar matahari karena tidak
mempunyai lapisan lilin, karena itu banyak yang berubah warna menjadi
coklat tua/kehitaman dan mengkerut<br />
c. Pada tanaman biji-bijian, daya tumbuh biji kurang/lemah, malah kalau toh ia tetap tumbuh maka ia akan nampak lemah sekali.<br />
<br />
6. Kekurangan unsur hara Belerang (S)<br />
a. Daun-daun muda mengalami klorosis (berubah menjadi kuning), perubahan
warna umumnya terjadi pada seluruh daun muda, kadang mengkilap
keputih-putihan dan kadang-kadang perubahannya tidak merata tetapi
berlangsung pada bagian daun selengkapnya<br />
b. Perubahan warna daun dapat pula menjadi kuning sama sekali, sehingga
tanaman tampak berdaun kuning dan hijau, seperti misalnya gejala-gejala
yang tampak pada daun tanaman teh di beberapa tempat di Kenya yang
terkenal dengan sebutan”Tea Yellow” atau”Yellow Disease”<br />
c. Tanaman tumbuh terlambat, kerdil, berbatang pendek dan kurus, batang tanaman berserat, berkayu dan berdiameter kecil<br />
d. Pada tanaman tebu yang menyebabkan rendemen gula rendah<br />
e. Jumlah anakan terbatas.<br />
<br />
7. Kekurangan unsur hara Besi (Fe)<br />
Defisiensi (kekurangan) zat besi sesungguhnya jarang terjadi. Terjadinya
gejala-gejala pada bagian tanaman (terutama daun) kemudian dinyatakan
sebagai kekurangan tersedianya zat besi adalah karena tidak seimbang
tersedianya zat Fe dengan zat kapur (Ca) pada tanah yang berlebihan
kapur dan yang bersifat alkalis. Jadi masalah ini merupakan masalah pada
daerah-daerah yang tanahnya banyak mengandung kapur.<br />
a. Gejala-gejala yang tampak pada daun muda, mula-mula secara
setempat-setempat berwarna hijau pucat atau hijau kekuning-kuningan,
sedangkan tulang daun tetap berwarna hijau serta jaringan-jaringannya
tidak mati<br />
b. Selanjutnya pada tulang daun terjadi klorosis, yang tadinya berwarna
hijau berubah menjadi kuning dan ada pula yang menjadi putih<br />
c. Gejala selanjutnya yang lebih hebat terjadi pada musim kemarau, daun-daun muda banyak yang menjadi kering dan berjatuhan<br />
d. Pertumbuhan tanaman seolah terhenti akibatnya daun berguguran dan akhirnya mati mulai dari pucuk.</div>
<div id="post_message_5642702">
</div>
8. Kekurangan unsur hara Mangan (Mn)<br />
Gejala kekurangan Mangan (Mn) hampir sama dengan gejala kekurangan Besi (Fe) pada tanaman, yaitu:<br />
a. Pada daun-daun muda di antara tulang-tulang dan secara
setempat-setempat terjadi klorosis dari warna hijau menjadi warna kuning
yang selanjutnya menjadi putih<br />
b. Tulang-tulang daunnya tetap berwarna hijau, ada yang sampai kebagian sisi-sisi dari tulang<br />
c. Jaringan-jaringan pada bagian daun yang klorosis mati sehingga
praktis bagian-bagian tersebut mati, mengering, ada kalanya yang terus
mengeriput dan ada pula yang jatuh sehingga daun tampak menggerigi<br />
d. Pertumbuhan tanaman menjadi kerdil, terutama pada tanaman sayuran
tomat, seledri, kentang dan lain-lain, begitu juga pada tanaman jeruk,
tembakau dan kedelai<br />
e. Pada tanaman gandum, bagian tengah helai daun berwarna coklat, kemudian patah<br />
f. Pembentukan biji-bijian kurang baik (jelek).<br />
<br />
9. Kekurangan unsur hara Tembaga/Cuprum(Cu)<br />
Kekurangan unsur hara Tembaga (Cu) acapkali ditemukan pada tanah-tanah
organik yang agak asam, tanda-tandanya dapat dilihat sebagai berikut:<br />
a. Pada bagian daun, terutama daun-daun yang masih muda tampak layu dan
kemudian mati (die back), sedang ranting-rantingnya berubah warna pula
menjadi coklat dan mati pula<br />
b. Ujung daun secara tidak merata sering ditemukan layu, malah
kadang-kadang klorosis, sekalipun jaringan-jaringannya tidak ada yang
mati<br />
c. Pada tanaman jeruk kekurangan unsur hara tembaga ini menyebabkan daun
berwarna hijau gelap dan berukuran besar, ranting berwarna coklat dan
mati, buah kecil dan berwarna coklat<br />
d. Pada bagian buah, buah-buahan tanaman pada umumnya kecil-kecil warna
coklat dan bagian dalamnya didapatkan sejenis perekat (gum).<br />
<br />
10. Kekurangan unsur hara Seng/Zincum (Zn)<br />
a. Terjadi penyimpangan pertumbuhan pada bagian daun-daun yang tua, yaitu:<br />
* Bentuknya lebih kecil dan sempit daripada bentuk umumnya<br />
* Klorosis terjadi di antara tulang-tulang daun<br />
* Daun mati sebelum waktunya, kemudian berguguran dimulai dari daun-daun yang ada di bagian bawah menuju ke puncak<br />
b. Pada padi sawah gejala terlihat 2 - 4 minggu setelah tanam, yaitu
adanya pemutihan di bagian tengah daun. Kekurangan yang parah
menyebabkan daun tidak mau terbuka<br />
c. Pada tanaman jagung gejala terlihat 1 - 2 minggu setelah bibit muncul
di permukaan tanah, daun-daun muda menunjukkan garis-garis kuning dan
terus menguning sampai ke dasar daun, sedang tepi daun tetap hijau<br />
d. Pada kacang tanah gejala terlihat setelah tanaman berumur 1 bulan,
mula-mula jaringan di antara urat-urat dan nampak menguning dan akhirnya
hanya pada urat-urat daun saja akan tetap hijau. Tanaman kerdil dan
polong sedikit.<br />
<br />
11. Kekurangan unsur hara Molibden (Mo)<br />
a. Secara umum daun-daun mengalami perubahan, kadang-kadang mengalami
pengkerutan terlebih dahulu sebelum mengering dan mati. Mati pucuk (die
back) biasa pula terjadi pada tanaman yang kekurangan unsur hara Mo<br />
b. Pertumbuhan tanaman tidak normal, terutama pada tanaman sayuran. Daun keriput dan mengering.<br />
<br />
12. Kekurangan unsur hara Borium (Bo)<br />
Walaupun unsur hara Bo hanya sedikit saja yang diperlukan tanaman bagi
pertumbuhannya, tetapi kalau unsur ini tidak tersedia bagi tanaman
gejalanya cukup serius.<br />
a. Daun-daun yang masih muda terjadi klorosis, secara setempat-setempat
pada permukaan daun bawah yang selanjutnya menjalar kebagian
tepi-tepinya. Jaringan daun mati<br />
b. Daun yang baru muncul tumbuh kerdil, kuncup-kuncup mati dan berwarna kehitaman atau coklat<br />
c. Dapat menimbulkan penyakir fisiologis, khususnya pada tanaman
sayuran, tembakau dan apel. Malah pada jagung bisa menimbulkan tongkol
tanpa biji sama sekali<br />
d. Pada umbi-umbian pertumbuhannya kerdil, terdapat bercak-bercak atau lubang berwarna hitam pada umbi<br />
e. Pada tanaman bayam dan selada pucuk tanaman tumbuh tidak sempurna dan berwarna hitam<br />
d. Tangkai daun seledri membentuk celah-celah dan garis-garis tak
teratur berwarna coklat. Anak-anak daun seledri berbercak-bercak coklat.<br />
<br />
13. Kekurangan unsur hara Klorida (Cl)<br />
a. Dapat menimbulkan gejala pertumbuhan daun yang kurang normal terutama
pada tanaman sayur-sayuran, daun tampak kurang sehat dan berwarna
tembaga<br />
b. Kadang-kadang pertumbuhan tanaman tomat, gandum dan kapas menunjukkan gejala seperti di atas.</td></tr>
<tr><td class="alt2" style="border-top: 0px; border: 1px solid #D1D1E1;"><br /></td><td align="right" class="alt1" style="border-left: 0px; border-top: 1px solid #D1D1E1; border: 1px solid #D1D1E1;"> <div align="right" style="margin-top: 10px;">
<a href="http://forum.detik.com/newreply.php?s=4ea5ef0bad80eb0ebdae648cbc2d9936&do=newreply&p=5642702" rel="nofollow"><img alt="Reply With Quote" border="0" src="http://forum.detik.com/images/template/basicblue/buttons/quote.gif" title="Reply With Quote" /></a> </div>
</td></tr>
</tbody></table>mudah dan gratishttp://www.blogger.com/profile/09201199135029691039noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-1860884638825037782.post-82812442696758546802012-07-29T06:28:00.002-07:002012-07-29T06:28:29.085-07:00Kegunaan unsur-unsur hara bagi tanamanMenurut hasil penelitian, setiap tanaman memerlukan paling sedikit 16
unsur (ada yang menyebutkan zat) agar pertumbuhannya normal. Dari ke-16
unsur tersebut, 3 unsur (karbon, hidrogen, dan oksigen) diperoleh dari
udara, sedangkan 13 unsur lagi disediakan oleh tanah. Jadi tanah sebagai
dapur bagi tanaman setidaknya harus tersedia 13 menu agar
pertumbuhannya normal. Ke-13 unsur tersebut adalah nitrogen (N), fosfor
(P), kalium (K), kalsium (Ca), magnesium (Mg), sulfur atau belerang (S),
klor (Cl), ferum atau besi (Fe), mangan (Mn), kuprum atau pembaga (Cu),
zink atau seng (Zn), boron (B) dan molibdenum (Mo).<br />
Mengenai faedah atau kegunaan unsur-unsur hara tersebut bagi tanaman adalah sbb:<br />
<br />
1. Nitrogen<br />
Peranan utama nitrogen (N) bagi tanaman adalah untuk merangsang
pertumbuhan secara keseluruhan, khususnya batang, cabang, dan daun.
Selain itu, nitrogen pun berperan penting dalam pembentukan hijau daun
yang sangat berguna dalam proses fotosintesis. Fungsi lainnya ialah
membentuk protein, lemak, dan berbagai persenyawaan organik lainnya.<br />
<br />
2. Fosfor<br />
Unsur fosfor (P) bagi tanaman berguna untuk merangsang pertumbuhan akar,
khususnya akar benih dan tanaman muda. Selain itu, fosfor berfungsi
sebagai bahan mentah untuk pembentukan sejumlah protein tertentu;
membantu asimilasi dan pernapasan; serta mempercepat pembungaan,
pemasalan biji, dan buah.<br />
<br />
3. Kalium<br />
Fungsi utama Kalium (K) ialah membantu pembentukan protein dan
karbohidrat. Kalium pun berperan dalam memperkuat tubuh tanaman agar
daun, bunga, dan buah tidak mudah gugur. Yang tidak bisa dilupakan ialah
Kalium pun merupakan sumber kekuatan bagi tanaman dalam menghadapi
kekeringan dan penyakit.<br />
<br />
4. Kalsium<br />
Bagi tanaman, Kalsium (Ca) bertugas untuk merangsang pembentukan
bulu-bulu akar, mengeraskan batang tanaman, dan merangsang pembentukan
biji. Kalsium yang terdapat pada batang dan daun ini berkhasiat untuk
menetralisasikan senyawa atau suasana yang tidak menguntungkan pada
tanah.<br />
<br />
5. Magnesium<br />
Agar tercipta hijau daun yang sempurna dan terbentuk karbohidrat, lemak,
dan minyak-minyak, magnesiumlah biangnya. Magnesium (Mg) pun memegang
peranan penting dalam transportasi fosfat dalam tanaman. Dengan
demikian, kandungan fosfat dalam tanama dapat dinaikkan dengan jalan
menambah unsur magnesium.<br />
<br />
6. Belerang<br />
Belerang (S) berperan dalam pembentukan bintil-bintil akar. Sulfur ini
merupakan unsur yang penting dalam beberapa jenis protein seperti asam
amino. Unsur ini pun membantu pertumbuhan anakan. Selain itu, sulfur
merupakan bagian penting pada tanaman-tanaman penghasil minyak, sayuran
seperti cabai, kubis, dan lain-lain.<br />
<br />
7. Klor<br />
Memperbaiki dan meninggikan hasil kering tanaman seperti tembakau,
kapas, kentang, dan tamanam sayuran umumnya adalah peran dari klor (Cl).
Unsur ini pun banyak ditemukan dalam air sel semua bagian tanaman.<br />
<br />
8. Besi<br />
Untuk pernapasan tanaman dan pembentukan hijau daun merupakan peran dari
besi (Fe). Kehadirannya tidak boleh dianggap enteng. Sekali tidak ada,
terutama pada tanah yang mengandung banyak kapur, tanaman akan langsung
merana.<br />
<br />
9. Mangan<br />
Peran mangan (Mn) tak jauh beda dengan unsur besi. Selain sebagai
komponen untuk memperlancar proses asimilasi, unsur ini pun merupakan
komponen penting dalam berbagai enzim.<br />
<br />
10. Tembaga<br />
Fungsi tembaga (Cu) ini pun baru sedikit diketahui. Kehadirannya dapat
mendorong terbentuknya hijau daun dan dapat menjadi bahan utama dalam
berbagai enzim.<br />
<br />
11. Boron<br />
Boron (B) berfungsi mengangkut karbohidrat ke dalam tubuh tanaman dan
mengisap unsur kalsium. Selain itu, boron berperan dalam perkembangan
bagian-bagian tanaman untuk tumbuh aktif. Pada tanaman penghasil biji,
unsur ini pun berpengaruh terhadap pembagian sel. Dan, yang paling nyata
ialah perannya dalam menaikkan mutu tanaman sayuran dan tanaman buah.<br />
<br />
12. Molibdenum<br />
Sama halnya dengan tembaga, hingga kini diketahui masih sedikit peranan
molibdenum (Mo) bagi tanaman. Unsur ini sangat berguna bagi tanaman
jeruk dan sayuran. Untuk tanaman pupuk hijau, molibdenum membantu
mengikat nitrogen dari udara bebas. Ini disebabkan unsur ini merupakan
bagian dari komponen penyusun enzim-enzim pada bakteri nodula akar
tanaman pupuk hijau.<br />
<br />
13. Seng<br />
Seng (Zn) memberi dorongan terhadap pertumbuhan tanaman karena diduga Zn dapat berfungsi membentuk hormon tumbuh.mudah dan gratishttp://www.blogger.com/profile/09201199135029691039noreply@blogger.com1tag:blogger.com,1999:blog-1860884638825037782.post-58500694734066012352012-07-29T06:23:00.001-07:002012-07-29T06:23:14.218-07:00Kurangkah hara tanaman kita<strong>GEJALA – GEJALA KEKURANGAN UNSUR HARA PADA TANAMAN :</strong><br />
<br />
<ol>
<li><strong>1. </strong><strong>Kekurangan unsur hara Nitrogen (N)</strong>
<ol>
<li>Warna daun hijau agak kekuning-kuningan dan pada tanaman padi warna
ini mulai dari ujung daun menjalar ke tulang daun selanjutnya berubah
menjadi kuning lengkap, sehingga seluruh tanaman berwarna pucat
kekuning-kuningan. Jaringan daun mati dan inilah yang menyebabkan daun
selanjutnya menjadi kering dan berwarna merah kecoklatan.</li>
<li>Pertumbuhan tanaman lambat dan kerdil</li>
<li>Perkembangan buah tidak sempurna atau tidak baik, seringkali masak sebelum waktunya</li>
<li>Dapat menimbulkan daun penuh dengan serat, hal ini dikarenakan
menebalnya membran sel daun sedangkan selnya sendiri berukuran
kecil-kecil</li>
<li>Dalam keadaan kekurangan yang parah, daun menjadi kering, dimulai dari bagian bawah terus ke bagian atas</li>
</ol>
</li>
</ol>
<br />
<ol>
<li><strong>2. </strong><strong>Kekurangan unsur hara Fosfor (P)</strong></li>
</ol>
<strong> </strong><br />
<ol>
<li>Terhambatnya pertumbuhan sistem perakaran, batang dan daun</li>
<li>Warna daun seluruhnya berubah menjadi hijau tua/keabu-abuan,
mengkilap, sering pula terdapat pigmen merah pada daun bagian bawah,
selanjutnya mati. Pada tepi daun, cabang dan batang terdapat warna merah
ungu yang lambat laun berubah menjadi kuning.</li>
<li>Hasil tanaman yang berupa bunga, buah dan biji merosot. Buahnya kerdil-kerdil, nampak jelek dan lekas matang</li>
</ol>
<br />
<ol>
<li><strong>3. </strong><strong>Kekurangan unsur hara Kalium (K)</strong></li>
</ol>
<br />
Defisiensi/kekurangan Kalium memang agak sulit diketahui gejalanya,
karena gejala ini jarang ditampakkan ketika tanaman masih muda.<br />
<ol>
<li>Daun-daun berubah jadi mengerut alias keriting (untuk tanaman
kentang akan menggulung) dan kadang-kadang mengkilap terutama pada daun
tua, tetapi tidak merata. Selanjutnya sejak ujung dan tepi daun tampak
menguning, warna seperti ini tampak pula di antara tulang-tulang daun
pada akhirnya daun tampak bercak-bercak kotor (merah coklat), sering
pula bagian yang berbercak ini jatuh sehingga daun tampak bergerigi dan
kemudian mati</li>
<li>Batangnya lemah dan pendek-pendek, sehingga tanaman tampak kerdil</li>
<li>Buah tumbuh tidak sempurna, kecil, mutunya jelek, hasilnya rendah dan tidak tahan disimpan</li>
<li>Pada tanaman kelapa dan jeruk, buah mudah gugur</li>
<li>Bagi tanaman berumbi, hasil umbinya sangat kurang dan kadar hidrat arangnya demikian rendah</li>
</ol>
<br />
<br />
Khusus untuk tanaman padi, gejala kekurangan unsur Kalium dapat dijelaskan sebagai berikut:<br />
<ol>
<li>Daun</li>
</ol>
Daun tanaman padi yang kekurangan Kalium akan berwarna hijau gelap
dengan banyaknya bintik-bintik yang warnanya yang menyerupai karat.
Bintik-bintik itu pertama-tama muncul pada bagian atas daun yang sudah
tua, ujung daun dan tepi daun menjadi seperti terbakar (necrotic),
berwarna coklat kemerahan atau coklat kuning. Daun-daun tua, khususnya
di tengah hari akan terkulai dan daun-daun muda menggulung ke arah atas
dan memperlihatkan gejala-gejala kekurangan air<br />
<ol>
<li>Batang</li>
</ol>
Batang tanaman padi yang kekurangan Kalium akan tumbuh pendek dan
kurus. Dan kebanyakan varietas-varietas padi yang kekurangan Kalium
lebih mudah rebah<br />
<ol>
<li>Akar</li>
</ol>
Pertumbuhan akar biasanya sangat terbatas, ujung akar akan tumbuh
kurus dan pendek, dan akar selalu cenderung berwarna gelam dan hitam.
Akar-akar cabang dan akar rambat sangat kurus dan selalu memperlihatkan
gejala pembusukan akar.<br />
<ol>
<li>Bulir dan Malai</li>
</ol>
Pertumbuhannya akan pendek dan umumnya mempunyai persentase kehampaan
buah yang tinggi. Sedang jumlah bulir yang berisi untuk setiap helainya
akan rendah, bulir-bulir padi akan berukuran kecil dan tidak teratur
bentuknya, mutu dan berat 1.000 bulir akan berkurang, persentase
bulir-bulir yang tidak berkembang dan tidak dewasa bertambah.<br />
<br />
<ol>
<li><strong>4. </strong><strong>Kekurangan unsur hara Kalsium (Ca)</strong></li>
</ol>
<br />
<ol>
<li>Daun-daun muda selain berkeriput mengalami perubahan warna, pada
ujung dan tepi-tepinya klorosis (berubah menjadi kuning) dan warna ini
menjalar di antara tulang-tulang daun, jaringan-jaringan daun pada
beberapa tempat mati</li>
<li>Kuncup-kuncup muda yang telah tumbuh akan mati</li>
<li>Pertumbuhan sistem perakarannya terhambat, kurang sempurna malah sering salah bentuk</li>
<li>Pertumbuhan tanaman demikian lemah dan menderita</li>
</ol>
<br />
<ol>
<li><strong>Kekurangan unsur hara Magnesium (Mg)</strong></li>
</ol>
<br />
<ol>
<li>Daun-daun tua mengalami klorosis (berubah menjadi kuning) dan tampak
di antara tulang-tulang daun, sedang tulang-tulang daun itu sendiri
tetap berwarna hijau. Bagian di antara tulang-tulang daun itu secara
teratur berubah menjadi kuning dengan bercak-bercak merah kecoklatan</li>
<li>Daun-daun mudah terbakar oleh teriknya sinar matahari karena tidak
mempunyai lapisan lilin, karena itu banyak yang berubah warna menjadi
coklat tua/kehitaman dan mengkerut</li>
<li>Pada tanaman biji-bijian, daya tumbuh biji kurang/lemah, malah kalau toh ia tetap tumbuh maka ia akan nampak lemah sekali.</li>
</ol>
<br />
<ol>
<li><strong>6. </strong><strong>Kekurangan unsur hara Belerang (S)</strong></li>
</ol>
<strong> </strong><br />
<ol>
<li>Daun-daun muda mengalami klorosis (berubah menjadi kuning),
perubahan warna umumnya terjadi pada seluruh daun muda, kadang mengkilap
keputih-putihan dan kadang-kadang perubahannya tidak merata tetapi
berlangsung pada bagian daun selengkapnya</li>
<li>Perubahan warna daun dapat pula menjadi kuning sama sekali, sehingga
tanaman tampak berdaun kuning dan hijau, seperti misalnya gejala-gejala
yang tampak pada daun tanaman teh di beberapa tempat di Kenya yang
terkenal dengan sebutan”Tea Yellow” atau”Yellow Disease”</li>
<li>Tanaman tumbuh terlambat, kerdil, berbatang pendek dan kurus, batang tanaman berserat, berkayu dan berdiameter kecil</li>
<li>Pada tanaman tebu yang menyebabkan rendemen gula rendah</li>
<li>Jumlah anakan terbatas.</li>
</ol>
<br />
<ol>
<li><strong>7. </strong><strong>Kekurangan unsur hara Besi (Fe)</strong></li>
</ol>
<br />
Defisiensi (kekurangan) zat besi sesungguhnya jarang terjadi.
Terjadinya gejala-gejala pada bagian tanaman (terutama daun) kemudian
dinyatakan sebagai kekurangan tersedianya zat besi adalah karena tidak
seimbang tersedianya zat Fe dengan zat kapur (Ca) pada tanah yang
berlebihan kapur dan yang bersifat alkalis. Jadi masalah ini merupakan
masalah pada daerah-daerah yang tanahnya banyak mengandung kapur.<br />
<ol>
<li>Gejala-gejala yang tampak pada daun muda, mula-mula secara
setempat-setempat berwarna hijau pucat atau hijau kekuning-kuningan,
sedangkan tulang daun tetap berwarna hijau serta jaringan-jaringannya
tidak mati.</li>
<li>Selanjutnya pada tulang daun terjadi klorosis, yang tadinya berwarna
hijau berubah menjadi kuning dan ada pula yang menjadi putih</li>
<li>Gejala selanjutnya yang lebih hebat terjadi pada musim kemarau, daun-daun muda banyak yang menjadi kering dan berjatuhan</li>
<li>Pertumbuhan tanaman seolah terhenti akibatnya daun berguguran dan akhirnya mati mulai dari pucuk.</li>
</ol>
<br />
<ol>
<li><strong>8. </strong><strong>Kekurangan unsur hara Mangan (Mn)</strong></li>
</ol>
<strong> </strong><br />
Gejala kekurangan Mangan (Mn) hampir sama dengan gejala kekurangan Besi (Fe) pada tanaman, yaitu:<br />
<ol>
<li>Pada daun-daun muda di antara tulang-tulang dan secara
setempat-setempat terjadi klorosis dari warna hijau menjadi warna kuning
yang selanjutnya menjadi putih</li>
<li>Tulang-tulang daunnya tetap berwarna hijau, ada yang sampai kebagian sisi-sisi dari tulang</li>
<li>Jaringan-jaringan pada bagian daun yang klorosis mati sehingga
praktis bagian-bagian tersebut mati, mengering, ada kalanya yang terus
mengeriput dan ada pula yang jatuh sehingga daun tampak menggerigi</li>
<li>Pertumbuhan tanaman menjadi kerdil, terutama pada tanaman sayuran
tomat, seledri, kentang dan lain-lain, begitu juga pada tanaman jeruk,
tembakau dan kedelai</li>
<li>Pada tanaman gandum, bagian tengah helai daun berwarna coklat, kemudian patah</li>
<li>Pembentukan biji-bijian kurang baik (jelek).</li>
</ol>
<br />
<ol>
<li><strong>9. </strong><strong>Kekurangan unsur hara Tembaga/Cuprum(Cu)</strong></li>
</ol>
<strong> </strong><br />
Kekurangan unsur hara Tembaga (Cu) acapkali ditemukan pada
tanah-tanah organik yang agak asam, tanda-tandanya dapat dilihat sebagai
berikut:<br />
<ol>
<li>Pada bagian daun, terutama daun-daun yang masih muda tampak layu dan
kemudian mati (die back), sedang ranting-rantingnya berubah warna pula
menjadi coklat dan mati pula</li>
<li>Ujung daun secara tidak merata sering ditemukan layu, malah
kadang-kadang klorosis, sekalipun jaringan-jaringannya tidak ada yang
mati</li>
<li>Pada tanaman jeruk kekurangan unsur hara tembaga ini menyebabkan
daun berwarna hijau gelap dan berukuran besar, ranting berwarna coklat
dan mati, buah kecil dan berwarna coklat</li>
<li>Pada bagian buah, buah-buahan tanaman pada umumnya kecil-kecil warna
coklat dan bagian dalamnya didapatkan sejenis perekat (gum).</li>
</ol>
<br />
<strong>10. </strong><strong>Kekurangan unsur hara Seng/Zincum (Zn)</strong><br />
<br />
<ol>
<li>Terjadi penyimpangan pertumbuhan pada bagian daun-daun yang tua, yaitu:</li>
</ol>
<ul>
<li>Bentuknya lebih kecil dan sempit daripada bentuk umumnya</li>
<li>Klorosis terjadi di antara tulang-tulang daun</li>
<li>Daun mati sebelum waktunya, kemudian berguguran dimulai dari daun-daun yang ada di bagian bawah menuju ke puncak</li>
</ul>
<ol>
<li>Pada padi sawah gejala terlihat 2 – 4 minggu setelah tanam, yaitu
adanya pemutihan di bagian tengah daun. Kekurangan yang parah
menyebabkan daun tidak mau terbuka</li>
<li>Pada tanaman jagung gejala terlihat 1 – 2 minggu setelah bibit
muncul di permukaan tanah, daun-daun muda menunjukkan garis-garis kuning
dan terus menguning sampai ke dasar daun, sedang tepi daun tetap hijau</li>
<li>Pada kacang tanah gejala terlihat setelah tanaman berumur 1 bulan,
mula-mula jaringan di antara urat-urat dan nampak menguning dan akhirnya
hanya pada urat-urat daun saja akan tetap hijau. Tanaman kerdil dan
polong sedikit.</li>
</ol>
<br />
11. <strong>Kekurangan unsur hara Molibden (Mo)</strong><br />
<br />
<ol>
<li>Secara umum daun-daun mengalami perubahan, kadang-kadang mengalami
pengkerutan terlebih dahulu sebelum mengering dan mati. Mati pucuk (die
back) biasa pula terjadi pada tanaman yang kekurangan unsur hara Mo</li>
<li>Pertumbuhan tanaman tidak normal, terutama pada tanaman sayuran. Daun keriput dan mengering.</li>
</ol>
<strong>12. </strong><strong>Kekurangan unsur hara Borium (Bo)</strong><br />
<strong> </strong><br />
Walaupun unsur hara Bo hanya sedikit saja yang diperlukan tanaman
bagi pertumbuhannya, tetapi kalau unsur ini tidak tersedia bagi tanaman
gejalanya cukup serius.<br />
<ol>
<li>Daun-daun yang masih muda terjadi klorosis, secara setempat-setempat
pada permukaan daun bawah yang selanjutnya menjalar kebagian
tepi-tepinya. Jaringan daun mati</li>
<li>Daun yang baru muncul tumbuh kerdil, kuncup-kuncup mati dan berwarna kehitaman atau coklat</li>
<li>Dapat menimbulkan penyakir fisiologis, khususnya pada tanaman
sayuran, tembakau dan apel. Malah pada jagung bisa menimbulkan tongkol
tanpa biji sama sekali</li>
<li>Pada umbi-umbian pertumbuhannya kerdil, terdapat bercak-bercak atau lubang berwarna hitam pada umbi</li>
<li>Pada tanaman bayam dan selada pucuk tanaman tumbuh tidak sempurna dan berwarna hitam</li>
<li>Tangkai daun seledri membentuk celah-celah dan garis-garis tak
teratur berwarna coklat. Anak-anak daun seledri berbercak-bercak coklat.</li>
</ol>
<br />
13. <strong>Kekurangan unsur hara Klorida (Cl)</strong><br />
<br />
<ol>
<li>Dapat menimbulkan gejala pertumbuhan daun yang kurang normal
terutama pada tanaman sayur-sayuran, daun tampak kurang sehat dan
berwarna tembaga</li>
<li>Kadang-kadang pertumbuhan tanaman tomat, gandum dan kapas menunjukkan gejala seperti di atas.</li>
</ol>mudah dan gratishttp://www.blogger.com/profile/09201199135029691039noreply@blogger.com0